SALATIGA, harianmerapi.com - Perajin tahu tempe di Jawa Tengah (Jateng) mulai kelabakan dengan kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe.
Pusat Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Jateng meminta pemerintah mengucurkan subsidi harga kedelai kepada perajin tahu tempe.
Permintaan tersebut bukan tanpa alasan, karena saat ini harga kedelai masih cukup tinggi, berkisar antara Rp10.800 sampai Rp11.000 per kilogram.
Baca Juga: Puluhan Sertifikat Tanah Pelaku UMKM di Salatiga Diserahkan, Walikota: Bisa untuk Memperbesar Usaha
Ketua Puskopti Jateng, Sutrisno Supriyantoro kepada wartawan di Salatiga, Jumat (4/2/2022) mengatakan, kenaikan harga kedelai membuat para perajin tahu di Jateng banyak yang kolaps (bangkrut).
Bahkan mereka terpaksa mengurangi produksi agar tidak mengalami kerugian dan bisa tetap melayani masyarakat.
Banyak perajin tahu tempe yang mengeluh kepada Puskopti Jateng terkait kenaikan harga kedelai.
Baca Juga: Riri Fairus Sakit Hati, Viral Pengakuan Nissa Sabyan Soal Poligami: Selagi Dapat Izin, Kenapa Tidak?
“Mereka berharap, pemerintah segera melakukan operasi pasar atau memberikan subsidi kedelai agar para perajin tahu tempe bisa mendapatkan bahan baku dengan harga terjangkau," katanya.
Menurutnya, Puskopti menggelar rapat virtual dengan Kementerian Perdagangan membahas harga kedelai dan menyampaikan aspirasi perajin tahu tempe ini.
"Semua aspirasi perajin tahu tempe akan kami sampaikan. Yang jelas jika harga kedelai tak kunjung turun, kami minta pemerintah bisa memberikan subsidi,” tandas Sutrisno Supriyantoro.
Baca Juga: Minta Kesadaran Warga Selektif Pilih Obat dan Makanan, BPOM Jogja Gandeng KPID Hingga UGM
Ia berharap pemerintah membuat program budidaya kedelai di dalam negeri, sehingga bisa memutus ketergantungan kedelai dari luar negeri.
Kelangsungan usaha para perajin tahu tempe bergantung pada harga kedelai.
Jika kenaikkan harga kedelai berlangsung lama, maka usaha ini akan kolaps, karena perajin tidak bisa serta merta menaikkan harga jual.