HARIAN MERAPI - Ancaman berkembangnya penyakit HIV dan Aids di Pati, sangat mengerikan. Ironisnya, dominasi penderitanya bukan saja pada usia produktif, namun juga ditemukan umur balita, remaja, hingga lanjut usia.
Berdasar data Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati, sejak tahun 1996 hingga Oktober 2025 atau selama 29 tahun, ditemukan sebanyak 3257 kasus HIV dan AIDS, dengan 553 penderita meninggal dunia.
Sementara pada periode Januari hingga Oktober 2025 saja, tercatat 272 kasus baru dengan 33 penderita meninggal. Ironisnya lagi, kasus tersebut tersebar di 300 desa (21 kecamatan).
"Kita mengajak seluruh pihak yang terkait untuk memperkuat ketahanan sistem kesehatan dan mempercepat transformasi layanan HIV agar lebih adaptif, inklusif, dan berkelanjutan,” kata Wakil Bupati Pati, Risma Ardhi Chandra, Rabu (17/12/2025).
Baca Juga: Polres Salatiga Ttanam 150 pohon di Bumi Perkemahan Buana Sakti
Usai menghadiri Peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2025 di Pati, wabup Risma Adhi Chandra membedah tema "Tangguh dan Mandiri Bersama Cegah Penularan HIV dan Penanggulangan AIDS di Kabupaten Pati” sebagai penegasan komitmen bersama dalam menghadapi tantangan penanggulangan HIV dan AIDS menuju target Ending AIDS 2030.
Wabup Pati menegaskan pentingnya kebangkitan dan perubahan menyeluruh untuk mengatasi berbagai hambatan yang selama ini menghambat pencapaian target nasional.
"Penanggulangan HIV dan AIDS tidak dapat dilakukan secara parsial" ucap Risma Adhi Chandra.
Menurutnya, perkembangan kasus HIV dan AIDS di Pati menjadi sebuah pekerjaan rumah yang harus dapat diselesaikan bersama. Perlu sinergitas, kolaborasi dari seluruh elemen serta partisipasi aktif masyarakat.
"Pentingnya penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV (ODHIV) serta peningkatan akses pemeriksaan, pengobatan, dan dukungan sosial" tambah wabup Pati.
Dia mengapresiasi seluruh pihak yang selama ini berkontribusi, termasuk layanan kesehatan, komunitas, dan mitra. Seperti Yayasan Sokoguru, SSR Fatayat NU, dan Yayasan Mentari Sehat Indonesia.
"Harapan kami, kerjasama lintas sektoral yang telah terjalin dengan baik, dapat terus ditingkatkan. Serta melibatkan toga dan tomas sebagai mediator edukasi dan perubahan perilaku,” pungkasnya. (*)