diy

Ternyata Ini Asal-usul Wajan Raksasa di Bantul

Rabu, 1 September 2021 | 20:12 WIB
Wajan raksasa berhasil dievakuasi dengan alat berat dari dalam tanah. (Foto: Riza Marzuki)

BANTUL,harianmerapi.com-Sejumlah warga menyebut wajan raksasa yang ditemukan di lokasi proyek renovasi lapangan Dusun Kretek Lor, Kalurahan Jambidan, Banguntapan, Bantul diceritakan sebagai penampungan air pada zaman Belanda. Diduga wajan sengaja ditimbun karena tampungan air tersebut cukup dalam dan membahayakan.

Sukardi, pria yang berada di antara para operator alat berat ternyata adalah warga yang mengolah lahan tempat penemuan wajan raksasa.

Lahan yang merupakan tanah kas desa itu sebelumnya digarap sejak kakeknya, dilanjutkan oleh ayahnya, dan sebelum dilakukan proyek pembuatan lapangan, pria paruh baya ini yang melanjutkan mengolah lahan tersebut.

"Sebelumnya saya tanami pohon jati dan kolonjono," sebutnya, Rabu (1/9/2021).
Sukardi mengaku mengetahui jika di lahan yang sebelumnya dia garap itu terdapat wajan berukuran besar.

Baca Juga: Penemuan Wajan Raksasa Gemparkan Warga Bantul

Pria yang kini tinggal di Tamanan Banguntapan itu menceritakan bahwa pada zaman kakeknya masih menggarap lahan ini, ada sebuah penampungan air besar.

Penampungan itu digunakan untuk mengaliri lahan tebu sekitar lokasi penemuan.
"Itu pada zaman Belanda, makanya daerah sini dulu disebut daerah Kompan," urainya.

Bahkan, dia masih sempat melihat ada bangunan tidak jauh dari tampungan air itu yang difungsikan sebagai tempat pompa. Di mana pada masa itu ada sungai kecil yang membuat air di wilayah itu melimpah. Air kemudian dipompa dimasukkan dalam penampungan sebelum dialirkan ke lahan pertanian.

Baca Juga: Wajan Raksasa di Banguntapan Dikelilingi Tembok di Dalam Tanah

"Dulu sering juga dipakai mandi warga, karena air melimpah," sebutnya.
Namun berjalannya waktu pompa air kemudian tidak berfungsi, namun tampungan air yang di dasarnya terdapat wajan raksasa itu masih sering berisi air.

Sehingga masyarakat masih memanfaatkannya. Dia memperkirakan tampungan itu mulai tidak berfungsi sekitar tahun 1970-an.

"Saat itu tampungan mulai terisi tanah, dan karena membahayakan jadi sengaja ditimbun sampai tidak terlihat di permukaan tanah," sebutnya.

Sukardi mengatakan jika sekitar tahun 1970an itu dia masih sempat memanfaatkan tampungan air itu untuk mandi.

Baca Juga: KASUS BOS PABRIK WAJAN DIBUNUH ISTRI-Data Masih Kurang, Jaksa Kembalikan Berkas ke Penyidik

Meskipun pompa sudah tidak berfungsi, pemerintah desa setempat pernah mengalirkan air ke dalam tampungan yang berasal dari Kali Opak di sisi timur lokasi. Hanya saja hal ini tidak berlangsung lama hingga tampungan itu tidak bisa berfungsi lagi.

Halaman:

Tags

Terkini

PMI DIY Kirim Tim Layanan Kesehatan ke Aceh Tamiang

Jumat, 12 Desember 2025 | 16:55 WIB