yogyakarta

Awas! Inilah beberapa lahan yang teridentifikasi terpapar antraks

Jumat, 14 Juli 2023 | 19:55 WIB
Ilustrasi. Binatang ternak seperti sapi dan kambing menjadi salah satu media penyebaran penyakit antraks. (Foto: Arif Zaini Arrosyid)

HARIAN MERAPI - Masyarakat diminya tidak menggunakan lahan-lahan di provinsi ini yang telah terindentifikasi terpapar antraks untuk beraktivitas.

"Kami berharap tidak digunakan. Tapi ini kelemahan di kami karena itu kan tanah (milik) warga," kata Medik Veteriner Madya Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DPKP DIY Agung Ludiro di Yogyakarta, Jumat (14/7/2023).

Ia mengatakan bahwa spora dari bakteri "Bacillus anthracis" mampu hidup dalam masa yang cukup lama, bahkan hingga puluhan tahun di dalam tanah sehingga lahan terpapar sebaiknya tidak digunakan.

Baca Juga: Pelari dari 25 negara ditargetkan ikut Sleman Temple Run 2023, ini hadiahnya

Area yang diduga sebagai titik spora antraks, kata dia, biasanya adalah lahan bekas penyembelihan atau kandang hewan ternak yang terkonfirmasi positif antraks.

Untuk memastikan lahan terpapar antraks, Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates bersama dinas peternakan di masing-masing kabupaten di DIY melakukan surveilans setiap tahun dengan memeriksa sampel tanah di lokasi yang ditentukan.

"Mereka akan mengambil sampel tanah di lokasi yang diperkirakan spora akan jatuh. Misalnya, di satu titik ada spora kemudian di situ kemungkinan dia bisa terbawa air, atau sepatu," kata dia.

Baca Juga: Peduli Lingkungan, Jajaran Polresta Sleman dan Warga Bersih-Bersih Lingkungan

Setelah dipastikan sampel tanah terdapat spora antraks, lanjut Agung, lahan tersebut kemudian diplester atau dilapisi dengan semen sekaligus sebagai tanda bahwa dilokasi tersebut terpapar atau pernah muncul kasus antraks.

"Kami selalu menekankan bahwa tanah yang ditutup semen itu kan di dalamnya ada spora sehingga jangan sampai itu dibuka atau dibongkar karena khawatir sporanya naik," kata dia.

Ia menilai hingga saat ini masyarakat yang wilayahnya pernah muncul kasus antraks seperti di Kulon Progo maupun Gunungkidul masih mematuhi imbauan itu.

Berdasarkan riwayatnya, kasus antraks di DIY pernah muncul di Pakem, Sleman pada 2003, berikutnya di Kulon Progo pada 2016, di Pleret, Bantul pada 2017, dan Karangmojo, Gunungkidul pada 2019.

Baca Juga: Lima Pelaku Penganiayaan Terhadap Temannya Diamankan Polresta Yogyakarta, Ini Kronologinya

"Mereka memang takut membuka itu karena akibatnya bisa menular ke ternak, bisa ke manusia," katanya.

Ia mengatakan setelah muncul kasus antraks yang menyebabkan 12 hewan ternak mati dan satu orang meninggal pada Juni 2023 di Dusun Jati, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, BBVet bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Gunungkidul langsung melakukan uji sampel tanah yang diduga terpapar antraks.

Halaman:

Tags

Terkini