"Ada dua balita yang meninggal dunia yakni masing-masing satu orang warga Kelurahan Jetis dan Kelurahan Bulakrejo," lanjutnya.
Temuan pasien meninggal tersebut membuat Puskesmas Sukoharjo melakukan tindakan pencegahan untuk menekan kenaikan angka kasus DB dan DBD.
Pihak Puskemas Sukoharjo sudah memberikan surat kepada camat untuk disebarluaskan ke semua kelurahan di wilayah Kecamatan Sukoharjo sebagai bentuk sosialiasi dan edukasi kepada masyarakat.
Penekanannya yakni dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Baca Juga: Pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo wafat, ini profil lengkapnya
"Pencegahan dimulai dengan menerapkan PHBS dan pemberantasan jentik nyamuk melalui gerakan PSN," lanjutnya.
Kunari mengatakan, tingginya kasus DB dan DBD tidak lepas dari faktor musim hujan.
Sebab kondisi tersebut berdampak pada banyaknya genangan air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk.
"Musim hujan menjadi penyebab banyak genangan air untuk berkembangbiak nyamuk dan itu ada di sekitar rumah warga. Karena itu penyebaran DB dan DBD menjadi cepat menular ke warga," lanjutnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo Tri Tuti Rahayu, mengatakan, hingga Minggu ke-14 April 2024 tercatat ada 229 kasus DBD di Kabupaten Sukoharjo.
Penderita DBD tersebar merata di 12 kecamatan. Seluruh penderita DBD telah mendapat penanganan dari petugas medis.
Jumlah kasus DBD di Kabupaten Sukoharjo terus mengalami peningkatan. Empat penderita DBD di antaranya diketahui meninggal dunia.
Kasus DBD yang meningkat tersebut belum berdampak pada penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB).