HARIAN MERAPI - Nasib warga Palestina di Jalur Gaza makin tak menentu. Mereka menjadi sasaran bombardir tentara Israel.
Para pemimpin sejumlah lembaga PBB hanya bisa menyampaikan pesan kepada Israel agar menyediakan makanan dan pasokan medis di Jalur Gaza.
Demikian harapan para pemimpin sejumlah lembaga di PBB dan organisasi kemanusiaan , Rabu (21/2) malam.
Baca Juga: Tips memilih baju sarimbit untuk lebaran tahun 2024, pilih bahan katun yang nyaman
Bahkan, mereka menyebut warga sipil di sana berada dalam “malapetaka ekstrem.”
“Kami menyerukan agar Israel untuk memenuhi kewajiban hukumnya, berdasarkan hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional, untuk menyediakan makanan dan pasokan medis serta memfasilitasi operasi bantuan, dan kepada para pemimpin dunia untuk mencegah terjadinya bencana yang lebih buruk lagi,” kata pernyataan forum koordinasi kemanusiaan tingkat tertinggi dalam sistem PBB, Inter-Agency Standing Committee (IASC).
Menurut keterangan mereka, sistem kesehatan terus terdegradasi secara sistematis seiring konsekuensi bencana.
Selain itu mereka menambahkan bahwa pada 19 Februari, hanya 12 dari 36 rumah sakit dengan kapasitas rawat inap yang berfungsi sebagian.
Baca Juga: Polresta Yogyakarta tangkap sembilan orang tersangka peredaran berbagai jenis narkoba
"Penyakit merajalela. Kelaparan mengancam. Air semakin menipis. Infrastruktur dasar hancur. Produksi pangan terhenti. Rumah sakit berubah menjadi medan perang. Satu juta anak menghadapi trauma setiap hari," tambahnya.
Komite tersebut memperingatkan terhadap peningkatan kekerasan lebih lanjut di Rafah, yang merupakan rumah bagi lebih dari sejuta penduduk yang mencari perlindungan dari perang Israel di wilayah tersebut, dengan mengatakan hal ini tersebut dapat memberikan pukulan mematikan terhadap respons kemanusiaan yang sudah tidak berdaya.
Untuk menghindari bencana yang lebih buruk lagi, komite tersebut mencantumkan 10 persyaratan, termasuk gencatan senjata segera, perlindungan warga sipil dan infrastruktur yang dapat diandalkan, pembebasan sandera, jalan tanpa hambatan untuk mendistribusikan bantuan, sistem pemberitahuan kemanusiaan yang berfungsi, dan jaringan komunikasi yang stabil.
Baca Juga: Dear orang tua, ini beda bercanda dengan perundungan dan penganiayaan
“Lembaga-lembaga kemanusiaan tetap berkomitmen, meski ada risikonya. Namun mereka tidak bisa dibiarkan untuk mengambil tindakan,” demikian dalam pernyataan tersebut.
Pemboman Israel yang terjadi kemudian telah menewaskan sedikitnya 29.313 orang dan melukai hampir 70.000 orang dengan kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.