"Total ada 17 desa di tiga kecamatan memiliki tingkat kerawanan tinggi kekeringan berupa kekurangan air bersih saat musim kemarau. Terus kami pantau karena memang kondisi sekarang cuaca sangat panas," lanjutnya.
Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir mendorong penyelesaian hak eks pemegang polis Jiwasraya terus dilakukan
BPBD Sukoharjo sudah berkoordinasi dengan pihak terkait termasuk melibatkan kepala desa dan camat setempat. Hal itu dilakukan agar perkembangan kondisi wilayah bisa terus terpantau. Dengan demikian apabila ada warga kekurangan air bersih dan sangat membutuhkan bantuan maka bisa langsung dikirim petugas.
Pemantauan utama dilakukan dengan melihat stok air bersih di sumur rumah warga. Selain itu juga memantau air bersih bersumber dari Pamsimas.
"Perkembangan terus kami pantau setiap hari dengan melibatkan kepala desa, camat, tokoh masyarakat dan warga terdampak," lanjutnya.
Ariyanto mengatakan, dari 17 desa dengan tingkat kerawanan kekeringan tinggi paling banyak berada di wilayah Kecamatan Weru. Kekeringan tidak hanya berdampak pada kekurangan air bersih warga saja, namun juga sejumlah aktivitas lainnya.
Baca Juga: IIMS Motobike Show and Music Tingkatkan Gairah Pecinta Motor Listrik Jawa Tengah
"Kebutuhan air bersih warga tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga saja seperti makan dan minum. Tapi juga lainnya termasuk wudhu sebelum menjalankan ibadah salat di masjid dan mushola. Bantuan akan dikirim ke warga terdampak kekeringan," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo menekankan kepada semua pihak terkait untuk saling berkoordinasi. Hal ini dilakukan untuk menyikapi penanganan dan pengiriman bantuan air bersih. Salah satunya terkait distribusi ke warga terdampak kekeringan.
"Apabila nanti memang ada warga terdampak kekurangan air bersih maka distribusi bisa dipercepat. Termasuk pemerataan apabila ada banyak wilayah terdampak sehingga bantuan air bersih tidak menumpuk disatu tempat saja," lanjutnya.(*)