HARIAN MERAPI – Jogja Cross Culture (JCC) kali kelimanya kembali digelar di kawasan Malioboro Yogyakarta, Sabtu (20/5) malam. Sepanjang lebih dari 1 kilometer jalan yang menjadi panggung pentas dipadati ribuan penonton.
Gelaran JCC 2023 mengangkat tema Tatag Teteg Tutug, dengan memfokuskan pada penyajian perkusi, yang dikolaborasikan dengan tarian, aransemen musik, pencahayaan, dan tata letak pentas secara artistik.
Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta Sumadi mengatakan, tema JCC 2023 yaitu Tatag Teteg Tutug memiliki filosofi yang mendalam, mengadaptasi dari bunyi benda keras yang saling berbenturan, dan sering diucapkan dalam bahasa Jawa.
Baca Juga: Teteg Malioboro Yogya Dipasang Portal, Sepeda Motor Tak Bisa Lagi Melintas
“Tatag diartikan mental seseorang yang kuat, bekal menjalani tantangan kehidupan, Teteg berarti konsistensi agar tetap teguh, serta Tutug berarti selesai, karena dalam mengerjakan sesuatu harus selesai hingga tuntas,” katanya seperti dikutip dari Wartajogjakota saat membuka JCC 2023.
Sumadi mengatakan, JCC merupakan kegiatan besar, yang menjadi salah satu ikon promosi serta mendukung perkembangan ekonomi kreatif di Kota Jogja dan sekitarnya. Dengan memberikan ruang sebagai tempat penggalian ide, berkarya, serta aktualisasi diri bagi ide-ide baru yang kreatif.
“Melalui kegiatan JCC ini, dapat memperluas peluang ekonomi bagi pelaku seni budaya, dan pelaku usaha di Kota Yogyakarta dan DIY pada umumnya. Selain itu juga mendorong pemberdayaan agar menjadi SDM yang berkualitas, dengan daya inovasi dan kreativitas yang tinggi,” imbuhnya.
Baca Juga: Lokasi CCTV ETLE Terbaru di Jogja, Simak Cara Mengecek Data Tilang Elektronik Serta Dendanya
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti mengungkapkan, JCC 2023 merupakan upaya merayakan keragaman lintas budaya. Dengan tema sajian musik perkusi, yang bertujuan untuk melestarikan budaya mendengar, yang melibatkan seniman lokal serta wilayah dari 14 kemantren, berkolaborasi dengan seniman profesional dari luar negeri.
“Gelaran JCC 2023 memanfaatkan Malioboro sebagai ruang publik, untuk mengekspresikan keragaman seni budaya yang terus berkembang. Sehingga Malioboro dapat terus menghidupkan ikon seni budaya, mendukung para seniman dalam menciptakan produk-produk seni,” ujarnya. *