Sementara Wakapolres Bantul, Kompol Sancoko P. Seksono mengatakan bahwa relawan turut menjaga jalannya Paskah dengan aman.
"Pastinya setiap gereja, di mana ada polisi di situ juga ada relawan, baik pengamanan di dalam maupun di luar gereja. Dari polisi kita siapkan 860 dan dari relawan sekitar 300, total lebih dari 1.100," ungkapnya.
Lebih lanjut pihaknya pun menepis adanya intoleransi.
"Bukan hanya menepis, kita menunjukkan kepada masyarakat kita ini baik-baik saja, tidak seperti yang dibicarakan di luar," ucapnya.
Menurutnya hubungan antar masyarakat pun harmonis dan tidak segeger apa yang mereka dengar di luar.
"Kalau mereka datang ke Bantul, bisa melihat kita ini harmonis dan baik-baik saja," jelasnya.
Sementara Ketua FPRB Bantul Waljito SH mengatakan bahwa kegiatan personel gabungan ini telah menjadi tradisi bagi relawan dan juga komunitas serta organisasi masyarakat (ormas).
Baca Juga: Masjid Pura Mangkunegara punya bangunan yang disebut maliqin dan kuncungan, apa itu?
"Ini bukan hal yang baru, ini hanya perlu diperkuat dan diperjelas kepada seluruh masyarakat bahwa di Bantul sebenarnya tidak ada kata-kata intoleransi. Semua masyarakat bisa bertoleran dalam rangka beragama, rukun, dan damai," ujarnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Bantul peduli terhadap sesama makhluk sosial meskipun berbeda dalam agama.
"Tetapi masih dalam konteks gotong royong tanpa harus ikut dalam ritual keagamaan mereka. Ini suatu contoh bahwa kita harus menjaga kerukunan, kegotong-royongan sebagai perwujudan Pancasila," jelasnya.
Baca Juga: Terbukti cabuli anak asuh, oknum pengasuh panti asuhan di Kulonprogo divonis 17 tahun penjara
Itulah paparan Ketua FPRB dimana semua masyarakat bisa bertoleran dan menjadi personel gabungan dari ribuan petugas yang dikerahkan jelang Paskah di Bantul. *