"Masih kami pantau terus. Kondisi cuaca sering hujan deras dan dikhawatirkan tanggul bisa jebol lagi dan banjir lebih besar," lanjutnya.
Baca Juga: Mercedes alami banyak masalah selama pramusim, Hamilton minta timnya sempurnakan W14
BPBD Sukoharjo sebelumnya tidak memperkirakan wilayah Dukuh Ngronggah Desa Sanggrahan Kecamatan Grogol terjadi banjir. Banjir yang terjadi sekarang lebih disebabkan karena faktor tanggul jebol.
"Sebelumnya di wilayah tersebut memang pernah banjir tapi sifatnya karena luapan sungai. Sedangkan sekarang faktor tanggul jebol dan diluar perkiraan. Nantinya secepatnya harus dilakukan perbaikan permanen agar tanggul jebol tidak semakin parah dan berdampak besar pada banjir berikutnya," lanjutnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Sukoharjo Widodo, mengatakan, status siaga masih diterapkan mengingat kondisi cuaca ekstrem sering hujan deras dan angin kencang.
Selain itu, juga melihat dari ketinggian debit air Sungai Bengawan Solo yang rawan meluap dan mengakibatkan banjir disejumlah wilayah.
Baca Juga: Anies Baswedan hadiri Apel Siaga Pemenangan PKS Tahun 2024, begini suasananya
Pemkab Sukoharjo sudah meminta kepada seluruh jajaran dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk selalu siaga. Hal ini untuk mempercepat penanganan pada saat bencana alam datang.
"Semua tetap disiagakan baik petugas, peralatan dan kebutuhan lainnya dalam penanganan bencana alam menghadapi cuaca ekstrem karena curah hujan tinggi dan angin kencang masih terjadi setiap hari," ujarnya.
Wilayah rawan bencana alam sampai sekarang masih terus dipantau ketat oleh petugas terkait. Selain antisipasi bencana alam, juga sebagai bentuk upaya penyelamatan warga dan harga benda dari potensi kerugian yang ditimbulkan akibat banjir, tanah longsor maupun angin kencang.
Baca Juga: Heboh, pintu darurat dibuka penumpang, pesawat gagal terbang di Kupang, ini gara-garanya
Widodo menambahkan, penanganan bencana alam yang sudah terjadi sebelumnya berjalan dengan baik. Tim gabungan langsung bekerja sesuai dengan tugas dan kebutuhan di lapangan. Gerak cepat dilakukan untuk meminimalisir korban baik materi dan jiwa.
Gerak cepat tersebut dilakukan setelah sebelumnya sering digelar simulasi dan sosialiasi melibatkan tim gabungan dalam penanganan bencana alam.
Dengan demikian pada saat bencana alam datang maka petugas sudah siap sepenuhnya. Termasuk juga dalam penggunaan peralatan yang dibutuhkan.
"Tim gabungan sudah berkoordinasi dan bekerja dengan baik dalam membantu penanganan warga di lokasi bencana alam. Disisi lain, edukasi terhadap warga untuk tanggap bencana alam yang sering dilakukan petugas berhasil," ujarnya. (*)