Dalam pemetaan diketahui wilayah kekeringan sering terjadi dibeberapa desa di Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu. Ketiga kecamatan tersebut secara geografis memiliki karakteristik perbukitan kering dan sering berdampak pada warga kekurangan air bersih saat cuaca panas musim kemarau.
Baca Juga: Sadis ! Suami bakar istri di Jatinegara Jaktim, begini kronologinya
BPBD Sukoharjo dalam melakukan pemetaan juga sekaligus mencari titik tempat sebagai lokasi pembangunan sumur dalam. Kegiatan tersebut dilakukan dengan melibatkan dinas terkait, pemerintah desa, pemerintah kecamatan dan warga masyarakat setempat.
Keterlibatan mereka dilakukan untuk memastikan titik sumur dalam yang tepat. Terpenting juga agar proses pembangunan juga mendapat persetujuan warga masyarakat. Sebab titik tempat pembangunan sumur dalam dimungkinkan bisa menggunakan lahan miliki pemerintah, instansi atau warga.
Faktor penting lainnya terkait penentuan titik tempat pembangunan sumur dalam harus dekat dan mempermudah akses bagi warga mendapat air bersih saat kondisi kekeringan. Letak sumur dalam yang jauh akan mempersulit akses warga dan berdampak pada keluhan.
"Dalam pemetaan dan program tersebut juga disiapkan upaya mencari sumber dana untuk pembangunan sumur dalam. Sebab kebutuhan biaya pembangunan sangat besar. Apalagi sumur dalam yang dibutuhkan tidak hanya satu tapi ada beberapa dan sedang kami petakan di wilayah kekeringan," ujarnya.
Sumber dana pembangunan sumur dalam untuk wilayah kekeringan berasal dari APBD Kabupaten Sukoharjo. Selain itu juga mengandalkan bantuan anggaran pemerintah pusat dan provinsi.
"Termasuk kami mencari sumber dana dari CSR lembaga atau instansi termasuk donatur. Sebab sudah ada beberapa sumur dalam dibangun menggunakan dana bantuan dari sana," ujarnya.
BPBD Sukoharjo menegaskan, pembangunan sumur dalam sepenuhnya digunakan warga masyarakat di wilayah kekeringan. Artinya air bersih yang ada dimanfaatkan secara gratis untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sosial, tempat ibadah, fasilitas umum masyarakat dan lainnya.
"Sumur dalam yang sudah terbangun dan yang akan dibangun nanti tetap membutuhkan perawatan. Ini dilakukan bersama pemerintah desa dan warga masyarakat setempat. Tetap harus dirawat dan jangan dibiarkan mangkrak dan rusak," katanya.
Ariyanto menambahakan, saat ini dibeberapa desa di wilayah kekeringan seperti di Kecamatan Bulu sudah memiliki sumur dalam. Keberadaan sumur dalam tersebut bermanfaat membantu warga memenuhi kebutuhan air bersih saat cuaca panas musim kemarau seperti sekarang ini.
"Seperti di wilayah Tugusari, Kecamatan Bulu disana warga biasanya yang pertama terdampak kekeringan saat musim kemarau. Tapi sekarang sudah tidak lagi karena kebutuhan air bersih sudah terpenuhi dari sumur dalam yang dibangun tahun kemarin," ujarnya.
Ariyanto mengatakan, kondisi wilayah Kabupaten Sukoharjo mulai ditemukan kekeringan diketahui pada akhir Juli 2025. BPBD Sukoharjo menerima laporan warga di Desa Kedungjambal, Kecamatan Tawangsari kekurangan air bersih. Stok air bersih warga di sumur mengalami penurunan drastis dampak cuaca panas musim kemarau.
Pemkab Sukoharjo kemudian merespon cepat dengan mengirim bantuan air bersih untuk kali pertama dampak kekeringan tahun 2025 pada 25 Juli untuk warga Desa Kedungjambal, Kecamatan Tawangsari. Kondisi cuaca panas yang terus berlangsung hingga sekarang berdampak pada penambahan jumlah warga kekurangan air bersih. (*)