Jaga Kesehatan Mental, Remaja Masa Kini Butuh Lebih Banyak Pengertian dan Kasih Sayang

photo author
- Kamis, 28 Agustus 2025 | 07:00 WIB
Project Leader Program School-based Mental Health Indonesia (SBMH) Rennta Chrisdiana MSc, usai presentasi hasil program SBMH di Kolektif Co-working Space, Rabu (27/8/2025).  (Foto: Koko Triarko)
Project Leader Program School-based Mental Health Indonesia (SBMH) Rennta Chrisdiana MSc, usai presentasi hasil program SBMH di Kolektif Co-working Space, Rabu (27/8/2025). (Foto: Koko Triarko)

Tim SBMH dalam pendampingan itu melakukan screening awal, intervensi, monitoring, dan evaluasi. Hasil dari screening awal itu didapati sejumlah siswa terindikasi mengalami kecemasan dan depresi tingkat sedang hingga tinggi.

Project Leader SBMH Rennta Chrisdiana MSc, menyatakan terhadap temuan itu pihaknya kemudian melakukan intervensi dengan pendekatan multi-tiered, yaitu universal intervention, targeted intervention, dan risk intervention.

Dia menjelaskan, universal intervention merupakan intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan awareness atau kesadaran terhadap kesehatan mental.

Intervensi tersebut diberikan untuk seluruh siswa yang meliputi psikoedukasi melalui guru BK, dan dialog bermakna melalui film.

Sedangkan, targeted intervention merupakan intervensi yang menyasar beberapa siswa untuk diberikan pelatihan menjadi konselor sebaya. Pelatihan ini dilakukan untuk memberikan dukungan awal psikologis bagi siswa lain yang membutuhkan.

Adapun risk intervention merupakan intervensi khusus bagi siswa yang rentan untuk dirujuk ke profesional.

Rennta Chrisdiana MSc mengatakan, intervensi-intervensi tersebut merupakan upaya membangun sistem rujukan kesehatan mental (referral pathways) yang mudah diakses oleh sekolah.

Dia mengklaim, bahwa intervensi-intervensi yang telah dilakukan itu menghasilkan peningkatan dalam penanganan siswa.

Menurutnya, kedua sekolah telah beralih dari pendekatan hukuman menuju dialog, empati, dan dukungan proaktif.

Selain itu, guru juga semakin aktif mengidentifikasi potensi masalah sejak dini, dan mengintegrasikan dukungan emosional dalam interaksi harian.

"Selain itu, ada peningkatan pula pada sistem dukungan sebaya seperti adanya revitalisasi PIK-R, atau divisi kesehatan di OSIS masing-masing sekolah," bebernya.

Dia mengatakan lagi, bahwa presentasi hasil SBMH melibatkan stakeholder, merupakan sebuah upaya membangun komunikasi lintas sektor, sehingga tercipta sistem dan kolaborasi lanjutan sebagai upaya peningkatan dan promosi kesehatan mental remaja.

"Kesehatan mental merupakan hal yang penting untuk menjadi perhatian, terutama di Yogyakarta yang memiliki kasus gangguan kejiwaan tertinggi di Indonesia," katanya.

Lebih jauh dia mengungkapkan pula, bahwa sebagai orang dewasa, orang tua, dan guru, perlu meningkatkan strategi baru dalam mendampingi anak dengan lebih baik.

"Kalau mental anak-anak baik, mereka bisa berfungsi dengan baik, dan mengenal potensi dirinya, mengatasi masalahnya sendiri, produktif, dan kontributif. Inilah yang disebut kuat mental," cetusnya.

Namun demikian, sambungnya, pada saat yang sama para remaja saat ini juga membutuhkan banyak pengertian dan kasih sayang, agar mereka mau terbuka dan jujur, sehingga terjadi dialog yang menjadi solusi dan resolusi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB
X