Tradisi dan upacara adat Wahyu Kliyu di Jatipuro, konon sebaran apem untuk tolak balak

photo author
- Sabtu, 12 Juli 2025 | 19:40 WIB
Sebaran kue apem di upacara adat Wahyu Kliyu di Jatipuro Karanganyar (Foto: Abdul Alim)
Sebaran kue apem di upacara adat Wahyu Kliyu di Jatipuro Karanganyar (Foto: Abdul Alim)

HARIAN MERAPI – Warga Dusun Kendal, Desa Jatipuro, Kecamatan Jatipuro kembali menggelar tradisi Wahyu Kliyu, Jumat (11/7/2025) malam.

Tradisi ini selalu digelar setiap tanggal 14-15 bulan Suro dalam penanggalan Jawa atau saat purnama.

Wahyu Kliyu merupakan salah satu tradisi dan upacara adat sebagai bentuk rasa syukur masyarakat dengan tujuan memanjatkan doa, ungkapan syukur, dan penolak bala.

Baca Juga: Tekan angka pengangguran, bupati target 70 persen lowongan kerja Sukoharjo Job Fair 2025 terserap

Warga berkumpul untuk melempar kue apem kecil sambil mengucapkan “Wahyu Kliyu”, yang merupakan pelafalan dari “Ya Hayyu Ya Qayyumu” yang bermakna memohon kekuatan dan kehidupan kepada Allah.

Kue apem yang dilempar kemudian dibawa pulang warga untuk dimakan.

Tradisi Wahyu Kliyu memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat setempat. Selain sebagai wujud syukur atas nikmat dan keselamatan, tradisi ini juga dipercaya sebagai sarana untuk memohon perlindungan dari segala macam bahaya dan bencana.

Kepala Desa Jatipuro, Rakino mengatakan, sebanyak 17 gunungan yang berisi 17 ribu apem dikirab dalam tradisi ini pada Jumat siang.

Baca Juga: Menilik Pasar Otomotif Juni 2025: Whole Sales Melemah, Mobil China Pelan-Pelan Mencuri Pasar

Rakino menjelaskan, kirab merupakan rangkaian upacara adat Wahyu Kliyu yang digelar setiap setahun sekali bertepatan dengan bulan Suro. Apem yang disebar pada Jumat siang direbutkan warga di sekitar pusat kota kecamatan.

“Puncak acara digelar tengah malam. Pada malam sakral ini, masyarakat berdoa kepada Sang Maha Pencipta agar dijauhkan dari segala mara bahaya,”terangnya.

Bupati Karanganyar Rober Christanto dan Wakil Bupati Adhe Eliana yang menghadiri tradisi Wahyu Kliyu, menyampaikan, gelar tradisi budaya ini, menjadi momen penting untuk saling menghormati, saling menghargai sesama warga masyarakat.

“Tetap jaga persatuan, kekompakan menuju Karanganyar yang lebih baik,”kata bupati.

Baca Juga: Pemkab Sukoharjo siapkan sejumlah genda peringatan Hari Lahir ke-79 dengan tema Sukoharjo Juara

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Karanganyar, Heri Sutrisno menerangkan,

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X