Sejarah Gereja Santo Antonius Muntilan, Pastor Van Lith SJ membuka sekolah anak-anak pribumi

photo author
- Sabtu, 5 April 2025 | 18:00 WIB
Makam Romo Van Lith di kerkof Muntilan. (MERAPI-AMAT SUKANDAR)
Makam Romo Van Lith di kerkof Muntilan. (MERAPI-AMAT SUKANDAR)

HARIAN MERAPI - Gereja Santo Antonius Muntilan merupakan tempat kegiatan Rama Van Lith berkarya menyebarkan agama Katolik di Pulau Jawa.

Pastor Frans Van Lith juga tertarik belajar Budaya Jawa secara konseptual dari buku-buku dan tuntunan para ahli bahasa Jawa atau langsung menyatu di tengah masyarakat Jawa termasuk adat istiadatnya.

Hasil nyata Rama Van Lith SJ dalam berkarya misi, pada tanggal 14 Desember 1904 ada acara pembaptisan 171 orang pribumi di Kalibawang yang dilakukan Rama Van Lith SJ dengan cara yang tidak meninggalkan Budaya Jawa, karena tidak lepas dan dilandasi tatacara kepercayaan Jawa.

 Baca Juga: Gereja Santo Antonius Muntilan jadi pusat perkembangan karya misi Katolik di Pulau Jawa

Sebelum pembaptisan, dia melakukan upacara pengusiran roh-roh yang ada di sendang, yang airnya akan digunakan untuk membaptis.

Ritual tersebut seperti tatacara kepercayan Jawa dalam mengusir roh-roh, namun dengan doa-doa agama Katolik. Kemudian air sendang diberkati dan digunakan untuk pembaptisan.

Sendang tersebut kini terkenal dengan nama Sendhangsono', salah satu tempat ziarah Goa Maria di sebelah timur Kawasan Pegunungan Menoreh.

Karya misi Rama Van Lith SJ sangat menghormati Budaya Jawa. Bahkan liturgy juga berani menggunakan bahasa Jawa.

Baca Juga: Miras oplosan renggut nyawa wanita muda, dari sini mereka mendapatkan miras

Rama yang satu ini tidak mundur dari sikapnya menghormati tatacara Jawa, meskipun mengalami konflik dalam mempertahankan keyakinan misionernya.

Dalam melaksanakan misinya, mereka berkarya bersama di lingkungan masyarakat pribumi, meski berbeda pandangan.

Pastor Hoevenaars melihat masyarakat pribumi dari sisi ekonominya yang harus dibantu. Sedangkan Rama Van Lith SJ melihat rakyat Bumiputera tidak hanya dari sisi lahirnya saja tetapi ada celah yang harus digarap yaitu sisi pendidikannya.

Sehingga Pastor Van Lith SJ membuka sekolah bagi anak-anak pribumi sebagai sasaran utamanya. Sekolah pertama yang dibuka adalah Sekolah Guru Bantu Pribumi.

Baca Juga: Minyak Telon Lokal Go Global, UMKM Binaan BRI Sukses Ekspor ke Mancanegara

Dalam perkembangannya, pada tahun 1906 sekolah tersebut dibagi dua, Kweekschool A dan Kweekschool B.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

SIMAGENTA untuk Perkuat Manajemen ASN Kota Magelang

Kamis, 9 Oktober 2025 | 19:50 WIB
X