“Tidak hanya diperlukan riset pengembangan obat baru, tetapi juga transformasi menyeluruh dalam praktik penggunaan antimikroba di bidang kesehatan, pertanian, dan peternakan. Setiap negara, institusi, dan individu memiliki peran strategis dalam mencegah eskalasi krisis ini, “ kata Taruna.
Taruna menjelaskan bahwa resistansi antimikroba terjadi ketika mikroorganisme mengembangkan kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang bahkan ketika di bawah paparan obat antimikroba yang sebelumnya efektif membunuh mereka.
"Spektrum mikroorganisme yang berpotensi menjadi resisten sangatlah luas seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Fenomena resistansi antimikroba tidak dapat dipandang sebagai kejadian yang terisolasi, melainkan sebagai proses evolusioner kompleks yang melibatkan seleksi alam dan adaptasi genetik," kata Taruna.
Setiap kali mikroorganisme terpapar agen antimikroba, katanya, terjadi seleksi ketat di mana organisme yang memiliki keunggulan genetik untuk bertahan akan melangsungkan kehidupan dan reproduksi.
Baca Juga: Kompleks Makam Giriloyo di Imogiri Bantul, awalnya hanya akan digunakan Sultan Agung dan keluarga
Bakteri dapat mengalami mutasi genetik dalam hitungan menit, memungkinkan mereka secara cepat mengembangkan mekanisme pertahanan melawan zat antimikroba yang semula efektif membunuh mereka.*