HARIAN MERAPI - Kisah cerita misteri teror warisan 1, usaha Pak Usman mengalami penurunan akibat adanya pandemi.
Sudah setahun lebih kebun mendiang Pak Usman terbengkalai. Rumput liar pun banyak yang tumbuh di kebun tersebut. Semasa hidupnya Pak Usman sangat rajin membersihkan kebun itu.
Sampai-sampai kebun jati tersebut nampak seperti tempat wisata karena saking bersihnya. Bahkan daun-daun kering yang jatuh di bawahnya selalu disapu dan dibakar olehnya.
Namun petaka terjadi setahun yang lalu, Pak Usman yang terlihat begitu sehat tiba-tiba jatuh sakit karena covid-19 dan kemudian dinyatakan meninggal seminggu setelahnya menyusul istrinya yang sudah mendahuluinya.
Semenjak kejadian itu, kehidupan keluarga besarnya berubah. Rumah yang dulunya ramai dikunjungi cucu-cucunya sekarang terlihat sunyi tinggal putra bungsunya bernama Ratmo bersama keluarga kecilnya.
Pak Usman memiliki dua orang putra yang semuanya sudah berkeluarga. Putra pertama yang bernama Rano tinggal tidak jauh dari rumah orang tuanya.
Sebelum meninggal Pak Usman berwasiat kepada Ratmo selaku pewarisnya agar tidak menanam selain pohon jati di kebun tersebut, sedangkan Rano mendapat bagiannya sendiri berupa sawah di dusun sebelah.
Baca Juga: Pelatih Prancis berharap bawa pulang trofi Piala Dunia U-17 ke negaranya
Sepeninggal orang tuanya, usaha yang ditekuni Ratmo mengalami penurunan. Semua itu karena dampak adanya pandemi yang melanda seluruh negeri. Akibatnya, banyak masyarakat yang menjaga pengeluarannya.
Permasalahan itu membuat Ratmo sulit menemukan jalan keluarnya.
Saat permasalahan tak kunjung terselesaikan, datanglah rekannya yang bernama Somed. Rekannya itu dikenal sebagai juragan kayu terpandang di kampungnya.
“Gimana Kang, kayu jatinya mau dijual nggak?'' tanya Somed dengan nada bercanda. Mendengar pertanyaan itu, Ratmo berpikir sejenak. Ia baru ingat ternyata memiliki kebun jati warisan mendiang ayahnya.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Beri Nilai 5 Soal Penegakan Hukum, Pelatih Timnas AMIN Menilai Lucu, Ini Sebabnya
Pikirannya sedikit tenang dengan pertanyaan rekannya. “Sepertinya ini jalan terbaik dari semua permasalahan ekonomi yang sedang kuhadapi” pikirnya dalam hati. (Seperti dikisahkan Hasrul Rahman UAD di Koran Merapi) *