HARIAN MERAPI - Kisah pengalaman mistis menjelang berkhirnya pandemi
Ada tandai dengan bunyi seruling setelh hujn deras dan direspon dengan masak sayur lodeh.
Percaya atau tidak dengan pengalaman mistis, yang pasti setelah itu pandmei memang benar-benar mereda.
Malam ini Nanang dan Sar bersepakat tidur di tempat kontruksi. Hal ini dikarenakan hujan deras disertai angin yang tiada hentinya mengguyur wilayah kontruksi, sedangkan rumah mereka berada 15 km dari tempat kerja.
Malam ini memang bukan malam Jumat Kliwon. Tetapi suasana begitu terasa sepi, gelap, dan mencekam. Ditambah bunyi seng yang terus menggema terkena tiupan angin yang begitu kencang.
Mereka berdua nampak begitu ketakutan dan risih dengan suara seng yang terus berbunyi ngik.. ngikk.. ngikkk…. Tapi mau bagaimana lagi perjalanan pulang ke rumah lebih berbahaya ditengah hujan angin seperti ini.
Berbeda dengan Tisno dan Joko yang nekat pulang karena mengingat anak dan istri mereka. Status Nanang dan Sar masih sama-sama bujang.
Kegelisahan semakin menjadi saat suara kucing bertarung terdengar berulang kali. Suaranya semakin kencang dan semakin mendekat.
Baca Juga: Sarang preman di Pasar Tanah Abang digrebek polisi, ini hasilnya
Jika di dengar secara teliti, terdapat lebih dari tiga ekor kucing yang saling bersahut-sahutan. Namun tidak nampak satu ekor pun kucing yang muncul dihadapan Nanang dan Sar.
Mereka pun saling berpandangan sambil mengamati keadaan sekitar. Sahutan kucing pun semakin kencang ditemani dengan gemiricik hujan.
Seolah-olah suara kucing yang saling bertengkar ada dihadapan mereka. Diam adalah cara terbaik yang mereka pilih. Sambil menghela nafas, Nanang berdoa memohon perlindungan pada Tuhan.
Tiba-tiba hujan berhenti, namun angin bertiup dengan kencangnya. Pasir-pasir yang berada di tempat kontruksi saling bertebangan dan mengganggu penglihatan Nanang dan Sar.
Semakin lama suara sahutan kucing semakin menjauh dan tergantikan oleh suara seruling yang sangat halus dan sangat lirih. Sontak saja hal ini membuat bulu guduk Nanang berdiri.