HARIAN MERAPI - Pusat Rehabilitasi (PR) YAKKUM melalui Proyek Learning Unlocked menggelar Open House KB Inklusif Gantari bertajuk “Galeri Sampah” pada Jumat (6/12/2024).
Kegiatan yang diikuti 81 peserta anak usia dini ini bertujuan untuk mengenalkan keberagaman pada anak usia dini seperti kondisi (berkebutuhan khusus dan tidak), sosial-ekonomi, ras, agama dan lain-lain, serta mengenalkan produk dari hasil pengolahan sampah yang dibuat oleh para orang tua murid dan guru KB Inklusif Gantari.
Kepala Sekolah KB Inklusif Gantari, Sri Wahyuni mengatakan, kegiatan ini menjadi rangkaian peringatan Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember.
Baca Juga: Tewas di Dalam Sumur, Kematian Lansia 96 Tahun di Jumantono Karanganyar Dicurigai Bukan Kecelakaan
Selain itu, kegiatan ini merupakan salah satu penerapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dari Kurikulum Merdeka yang bertujuan untuk mengembangkan karakter dan keterampilan siswa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
“Di program P5 temanya adalah sampah. Jadi kami ingin menyadarkan anak-anak untuk mengurangi sampah karena sekarang semua makanan berbungkus selalu menyisakan sampah," kata Yuni, Jumat (6/12/2024).
"Bahkan sekarang diedukasi untuk bekal sekolah tidak menggunakan plastik. Lebih memberikan edukasi kalau sampah plastik tidak bisa terurai, kardus-kardus besar bagaimana caranya supaya bisa bermanfaat,” lanjutnya.
Direktur Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Chatarina Sari mengatakan, melalui kegiatan ini, para peserta anak usia dini juga dapat mengembangkan bahasa, sosial-emosi, sensori, motorik, kognisi dan seni melalui kegiatan yang disediakan yaitu panggung literasi, permainan inklusi disabilitas, messy art dan eco print.
“Harapannya anak yang bergabung dalam acara ini akan tumbuh menjadi pribadi yang mengenal dan menghargai keberagaman, kreatif, dan terampil dalam mendaurulang sampah agar ramah lingkungan,” kata Chatarina.
Sementara itu, salah satu wali murid KB Inklusif Gantari, Laila Vita Asryati mengatakan bahwa rangkaian kegiatan ini sangat bermanfaat, terlebih ada edukasi mengenai persampahan.
“Kegiatan ini membuat kami selaku orang tua murid menjadi lebih dekat dengan guru dan sekolah," katanya.
Baca Juga: Peringati 20 Tahun Bencana Tsunami Aceh, Film Dokumenter SMONG Aceh Diputar Perdana di JAFF 2024
"Dari permasalahan sampah yang ada di Yogyakarta, kita bisa mengajarkan anak dari rumah dan sekolah untuk bisa lebih bijak dalam mengelola sampah,” pungkasnya. *