Sapi di wilayah TPA terkontaminasi kandungan berbahaya seperti mikroplastik, saatnya penggembalaan di wilyah itu dihentikan

photo author
- Kamis, 7 November 2024 | 19:25 WIB
Sapi makan sampah di TPA Putri Cempo Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. ( ANTARA/Aris Wasita)
Sapi makan sampah di TPA Putri Cempo Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. ( ANTARA/Aris Wasita)

HARIAN MERAPI - Ditemukan konsentrasi mikroplastik di tubuh sapi yang digembalakan di wilayah tempat pembuangan akhir (TPA). Oleh karena itu, penggembalaan sapi di wilayah sekitar TPA untuk mengurangi sampah organik perlu dihentikan.

Itsnainingrum Sekar Wijaya selaku Project Development Office Gita Pertiwi dalam diskusi daring dipantau dari Jakarta, Kamis (7/11/2024), mengatakan bahwa pihaknya bersama Nexus3 Foundation serta beberapa universitas mengadakan riset pada dua sapi dari TPA Jatibarang dan TPA Putri Cempo di Jawa Tengah terkait dampak sapi digembalakan di TPA pada 2023.

"Mikroplastik yang ada pada sapi ditemukan dan lebih banyak pada darah dan jeroan di dua sapi di dua TPA tersebut. Konsentrasinya lebih banyak di TPA Jatibarang daripada TPA Putri Cempo," katanya seperti dilansir Antara.

Baca Juga: Sabar dan istiqamah kunci keberhasilan dakwah Islamiyah

Mereka menemukan jenis polimer terbanyak ditemukan dari kedua sampel tersebut adalah Polietilena tereftalat (PET) sedangkan untuk jenis Polivinil klorida (PVC) dan nilon cukup mendominasi di bagian darah dan daging sampel sapi TPA Jatibarang.

Sementara untuk sapi TPA Putri Cempo, selain PET terdapat juga jenis ethylene vinyl acetate (EVA) serta polipropilena (PP) di sampel jeroan dan darah.

Indikasi itu menunjukkan bahwa penggembalaan hewan ternak seperti sapi di wilayah TPA menimbulkan isu baru, karena satwa itu dapat terkontaminasi kandungan berbahaya seperti mikroplastik.

Baca Juga: POTS 2024 SMPN 3 Gamping Sleman gelar kegiatan perdana terkait parenting. Ini susunan pengurus paguyubannya

Praktik penggembalaan itu juga tidak memberikan keuntungan secara ekonomi, karena sapi tersebut memiliki nilai jual yang lebih rendah.

Dalam diskusi yang sama, Analytical and Environmental Chemist Nexus3 Foundation Bonusa Huda mengatakan bahwa selain mikroplastik, juga ditemukan polutan organik persisten (POPs) dalam sampel sapi-sapi tersebut melebihi ambang batas. POPs adalah polutan berbahaya yang dapat bertahan lama di lingkungan, dihasilkan salah satunya dari pembakaran tidak sempurna dari sampah plastik.

"Penggembalaan ternak akan lebih baik memang tidak di dalam TPA karena ketika penggembalaan sapi di dalam TPA akan memiliki risiko kontaminasi POPs pada sapi itu sendiri," ujarnya.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB
X