Ditambahkan Budi atau sering disapa Budsar, dengan investigasi, feature yang ditulis akan lebih mampu menyentuh hati pembaca. Selain itu tulisan feature lebih abadi dibandingkan berita.
Sementara itu Wiwien Widyawati Rahayu (Dosen Prodi Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa Fakultas Ilmu Budaya UGM) memaparkan materi bertema, Sumber Pustaka untuk Memperkuat Isi Feature.
Menurut Wiwien, sumber pustaka ataupun rujukan merupakan sesuatu yang digunakan sebagai pemberi informasi untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas.
Baca Juga: Benarkah insentif pajak mobil hybrid tumbuhkan minat untuk beralih? Begini faktanya
Selain itu, lanjut Wiwien, rujukan dikenal juga dengan sebutan referensi. Lalu mengapa rujukan penting? Antara lain erat kaitannya dengan etika, penguatan klaim, dan penghargaan/pengakuan.
“Bentuk rujukan atau referensi untuk penulisan feature, bisa yang tertulis maupun lisan,” terangnya.
Rujukan tertulis jika akan menulis feature berbahasa Jawa, sebut Wiwien, misalnya dengan studi pustaka (buku/penelitian terdahulu) dan studi arsip.
Baca Juga: Bagi-bagi uang haram, begini hukumnya
Sedangkan yang lisan, yakni wawancara terkait oral history (sejarah lisan). *