Bentuk rujukan sebelum menulis feature berbahasa Jawa bisa yang tertulis maupun lisan, ini contohnya

photo author
- Senin, 19 Februari 2024 | 16:00 WIB
Salah satu pemateri saat memaparkan materinya dalam Workshop Kepenulisan bertema, Melestarikan Sastra Jawa Lewat Feature.  (Sulistyanto)
Salah satu pemateri saat memaparkan materinya dalam Workshop Kepenulisan bertema, Melestarikan Sastra Jawa Lewat Feature. (Sulistyanto)

Ditambahkan Budi atau sering disapa Budsar, dengan investigasi, feature yang ditulis akan lebih mampu menyentuh hati pembaca. Selain itu tulisan feature lebih abadi dibandingkan berita.

Sementara itu Wiwien Widyawati Rahayu (Dosen Prodi Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa Fakultas Ilmu Budaya UGM) memaparkan materi bertema, Sumber Pustaka untuk Memperkuat Isi Feature.

Menurut Wiwien, sumber pustaka ataupun rujukan merupakan sesuatu yang digunakan sebagai pemberi informasi untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas.

Baca Juga: Benarkah insentif pajak mobil hybrid tumbuhkan minat untuk beralih? Begini faktanya

Selain itu, lanjut Wiwien, rujukan dikenal juga dengan sebutan referensi. Lalu mengapa rujukan penting? Antara lain erat kaitannya dengan etika, penguatan klaim, dan penghargaan/pengakuan.

“Bentuk rujukan atau referensi untuk penulisan feature, bisa yang tertulis maupun lisan,” terangnya.

Rujukan tertulis jika akan menulis feature berbahasa Jawa, sebut Wiwien, misalnya dengan studi pustaka (buku/penelitian terdahulu) dan studi arsip.

Baca Juga: Bagi-bagi uang haram, begini hukumnya

Sedangkan yang lisan, yakni wawancara terkait oral history (sejarah lisan). *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X