Bentuk rujukan sebelum menulis feature berbahasa Jawa bisa yang tertulis maupun lisan, ini contohnya

photo author
- Senin, 19 Februari 2024 | 16:00 WIB
Salah satu pemateri saat memaparkan materinya dalam Workshop Kepenulisan bertema, Melestarikan Sastra Jawa Lewat Feature.  (Sulistyanto)
Salah satu pemateri saat memaparkan materinya dalam Workshop Kepenulisan bertema, Melestarikan Sastra Jawa Lewat Feature. (Sulistyanto)

HARIAN MERAPI - Gaya penulisan berita dan feature memiliki perbedaan cukup signifikan. Penulisan berita cenderung formal, singkat dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

Sedangkan penulisan feature lebih kreatif, deskriptif serta menekankan pada aspek emosional. Unsur dalam feature, yakni opini, human interest dan sastra.

Hal tersebut diungkap Sutopo Sugihartono (Wartawan SKH. Kedaulatan Rakyat) saat menjadi pemateri Workshop Kepenulisan bertema, Melestarikan Sastra Jawa Lewat Feature, baru-baru ini.

Baca Juga: GESITS Pasang Target Jual 20 Ribu Unit Motor Listrik Tahun Ini

Sebagai pemrakarsa workshop, yakni Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) Kabupaten Sleman untuk menyongsong peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional yang diperingati setiap 21 Februari.

Dalam kesempatan tersebut, Sutopo juga menjelaskan, feature juga dikenal sebagai karangan khas yang menyajikan fakta dengan gaya ringan, menarik dan memberikan fungsi menghibur.

Khususnya menulis feature dalam Bahasa Jawa, lanjut Sutopo, sama menulis pada umumnya. Namun perlu memperhatikan kaidah-kaidah dalam Bahasa Jawa terutama soal ejaan dan unggah-ungguh.

“Hal ini karena dalam Bahasa Jawa mengenal undha-usuk atau tata krama dalam pengetrapannya sering menyulitkan bagi pembaca kalau dituliskan tidak tepat,” urai Sutopo yang juga ketua Paguyuban Sastra Budaya Jawa (Pasbuja) Kawi Merapi.

Baca Juga: Menlu Retno Marsudi akan Bicara Soal Palestina di Mahkamah Internasional

Pemateri lainnya, Budi Sarjono (Penulis/Novelis) mengungkapkan, rumus baku dalam penulisan berita, yaitu 5W+1H, sedangkan untuk feature, 5W+1H ditambah 3I (intuisi, investigasi dan imajinasi).

“Intuisi yaitu kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Bisa juga disebut feeling, kepekaan batin atau dalam Bahasa Jawa dapat disebut rasa,” terangnya.

Lain halnya dengan investigasi, lanjut Budi, merupakan penelusuran, penelitian mendalam, pengumpulan data secara mendalam dan akurat.

Baca Juga: BPJS Kesehatan Catat Lebih dari 626 Ribu Petugas Pemilu Akses Layanan JKN

Sedangkan imajinasi, bisa pula diartikan membayangkan/menggambarkan berdasar pengalaman ataupun kenyataan dengan kemampuan berimajinasi seorang penulis feature bisa lebih menghidupkan cerita.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X