HARIAN MERAPI - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY melibatkan kalangan remaja yang tergabung dalam Generasi Berencana (Genre) sebagai promotor pencegahan stunting di hulu.
Alasannya, hingga saat ini kasus stunting masih menjadi perhatian semua pihak. Khusus di DIY, prevelensi stunting mengalami penurunan dari 17,3 persen di tahun 2021 menjadi 16,4 persen di tahun 2022.
Meskipun begitu, prevelensi stunting di dua kabupaten justru mengalami kenaikan yakni di Kulonprogo dan Gunungkidul. Kulonprogo sekarang ada di 15,8 persen dan Gunungkidul sebesar 23,5 persen.
Baca Juga: Benarkah konsumsi susu segar bisa cegah stunting pada anak, simak penjelasan dokter spesialis anak
Kepala Biro Umum dan Humas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dr Victor Palimbong mengatakan, penyebab kenaikan kasus stunting yakni tingginya angka anemia. "Juga karena kurang gizi pada remaja putri sehingga saat hamil menghasilkan anak stunting. Faktor lainnya yakni usia ibu saat hamil dan melahirkan terlalui muda," kata Victor di Yogya, Sabtu (3/2/2024).
Untuk mengantisipasi hal itu pihaknya telah membuat program wajib pendampingan, konseling dan pemeriksaan tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas serta kadar Hb yang dilakukan mulai tiga bulan sebelum menikah.
"Pelibatan kalangan remaja yang tergabung dari generasi berencana atau Genre binaan BKKBN ini penting untuk mengedukasi sesama remaja dalam mencegah stunting," jelasnya.
Baca Juga: Indeks Harga Konsumen di Dua Wilayah di DIY Mengalami Deflasi pada Awal Tahun 2024, Ini Angkanya
Guna mencegah stunting, BKKBN juga meluncurkan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (Elsimil) awal tahun 2022. Hal ini untuk memastikan setiap calon pengantin berada dalam kondisi ideal untuk menikah dan hamil.
Capaian aplikasi itu, calon pengantin harus sekitar 85 persen. Calon pengantin putri juga harus lebih memperhatikan pre konsepsi dengan minum zinc, vitamin E, asam folat sejak tiga bulan sebelum menikah. "Bagi bapak-bapak juga harus berhenti merokok karena bisa mempengaruhi pergerakan sperma, kata para ahli," tandasnya.
Victor menambahkan, untuk mengintervensi penurunan stunting. BKKBN juga mendorong Forum Genre yang tersebar di kabupaten/kota agar bisa mengedukasi dan mensosialisasikan ke teman-teman sebayanya tentang masalah stunting ini.
Baca Juga: Forum Rektor PTMA tandatangani MoU dengan Bawaslu RI, siap kawal Pemilu 2024 yang Luber dan Jurdil
"Melalui pendekatan dengan teman sebaya akan lebih mudah. Edukasi khususnya kesehatan reproduksi lewat pendewasaan usia perkawinan juga sangat diperlukan," ucapnya.
Kapokja ketahanan keluarga dan pencegahan stunting BKKN DIY, Eni Witriastuti S Anggreini SE menambahkan peranan remaja dalam BKKBN sangat penting sebagai mitra dalam upaya mencegah stunting. Menurut dia, remaja penting memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, risiko pernikahan dini, dan kesiapan mental dalam berumah tangga. *