Ketiga, menghendaki balasan duniawi semata. Bagi mereka yang hanya mengharapkan pahala dunia, maka harta dan segala macam kemewahan dunia itu lebih penting dari apapun.
Jangankan untuk bersyukur, untuk sekadar mengingat Allah saja pasti akan sangat sulit, karena yang ada di dalam pikirannya hanyalah urusan dunia saja. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya:
“Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran, 3:145).
Keempat, karena kesombongan. Kesombongan adalah salah satu musuh besar setiap orang. Orang yang sombong bagaimana mungkin dirinya bisa bersyukur. Orang yang diuji dengan kesombongan, baginya kekayaannya itu juga diperoleh karena dirinya hebat.
Baca Juga: Panji Gumilang diduga korupsi dana BOS, ini yang sedang diselidiki Bareskrim
Sebagaimana kesombongan Fir’aun yang merasa lebih tinggi dari Tuhan itu sendiri karena kekayaan yang dimilikinya. Padahal kekayaannya itu sebenarnya ujian baginya; sebagaimana Firman-Nya:
“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?” (QS. Al-An’am, 6:53).
Kelima, karena godaan syetan. Syetan itu, sampai nanti akhir kehidupan akan terus
menggoda umat manusia. Kalau kita tidak terus-menerus memperbaharuhi iman dipastikan langsung terbawa arus godaannya.
Kurang bersyukur ini juga bisa disebabkan oleh godaan syetan, sebagaimana firman-Nya: “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf; 7:17).
Siapapun yang ingin nikmatnya berkah dan ditambah kenikmatan hidup oleh Allah, jangan pernah lupa untuk bersyukur. Jangan hanya sibuk memikirkan
dunia saja, tapi cari sebanyak-banyaknya bekal untuk kehidupan akhirat yang lebih kekal dan abadi. InsyaAllah!. (Oleh : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si)*