HARIAN MERAPI - Kondisi Pasar Pingit Yogyakarta semakin sepi dan ditinggal pembeli. Pedagang mengeluhkan sepinya pasar berdampak pada pendapatan harian mereka. Parahnya, pedagang sampai tidak sanggup membayar biaya retribusi yang dibebankan hingga menunggak.
Salah satu pedagang, Agung Yuniarto mengatakan kondisi tersebut sudah terjadi dalam selama beberapa tahun belakangan pascapemerintah merenovasi pasar tersebut tahun 2017 lalu. Situasi diperparah lantaran lapak mereka yang menjual makanan dan kebutuhan lainnya tertutupi penjual ikan hias yang kini mendominasi Pasar Pingit.
Baca Juga: Kabut Tebal Selimuti Pantai Selatan Yogyakarta, Begini Penjelasan BMKG
Sebelum bangunan pasar yang baru didirikan, sebenarnya ada akses jalan yang memungkinkan kendaraan dapat masuk hingga ke belakang pasar. Namun akses tersebut sekarang sudah tidak ada lagi yang kemudian dirasakan dampak buruknya oleh pedagang.
“Sebelum direnovasi yang jual ikan hias ada di belakang, setelah renovasi dibalik jadi kami yang di belakang pasar,” kata Agung, Rabu (25/10/2023).
Agung mengaku sepinya pasar mengakibatkan omzet penjualan mereka mengalami penurunan drastis mencapai 70 persen. Tak sedikit pula para pedagang meninggalkan kiosnya dan berhenti berdagang karena bangkrut.
Baca Juga: Sampah di Sumbu Filosofi Yogyakarta Bakal Dikelola Mandiri
Terpaksanya mereka yang tersisa di pasar hanya bisa bertahan selama 4 tahun terakhir ini dengan maksud mencukupi kebutuhan, namun situasi terbalik menjadi gali lubang tutup lubang sampai-sampai menunggak biaya retribusi yang wajib dibayarkan hingga bertahun-tahun.
“Pendapatan terus terang kami turun drastis. Tahun 2017-2018 masih enak karena masih rame. Begitu tahun 2019 mulai penurunan satu per satu. Banyak yang bangkrut,” terangnya.
Pedagang lain, Fepriyati, penjual makanan mengeluhkan hal serupa. Sebelum direnovasi dalam sehari ia mampu menjual nasi hingga 10 kilogram, sekarang paling banyak 1 kilogram. Itu pun terkadang ia masih membawa pulang sisa nasi.
Baca Juga: Koper Misterius Gegerkan Warga Patangpuluhan Yogyakarta, Polisi Pastikan Bukan Bom Rakitan
Ia mengaku keluhan tersebut sudah disampaikan ke pemerintah berkali-kali, namun mereka tak kunjung mendapat jawaban. Fepriyati dan pedagang lain berharap pemerintah dapat memperhatikan nasib mereka dan dapat mengembalikan eksistensi pasar tradisional yang menjadi sumber penghidupan sehari-hari.
“Pasar Pingit terlalu tertutup sekarang. Harapannya menghidupkan kembali Pasar Pingit, bisa seperti dulu jadi kalau pulang tidak selalu minus (pendapatannya),” ujarnya. *