HARIAN MERAPI - Kawasan pantai selatan di Gunungkidul beberapa hari terakhir sore terselimuti kabut tebal. Fenomena kabut tebal ini juga terjadi di Kabupaten Bantul sebelah selatan seperti di Murtigading, Kapanewon Sanden serta terpantau di wilayah Kabupaten Sleman wilayah barat.
Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY, Reny Kraningtyas, Senin (23/10/2023), menjelaskan, munculnya fenomena ini karena ada kondensasi atau titik-titik air yang berada di permukaan yang disebabkan kelembaban udara cukup tinggi dan suhu yang rendah.
Hal ini menurutnya, bisa terjadi di mana saja terutama di perairan dan hal ini bisa terjadi saat musim kemarau. Sebab jika tidak ada tutupan awan, sinar matahari yang masuk ke bumi kemudian dipantulkan kembali akan mengakibatkan energinya terlepas semua sehingga suhu di bumi menjadi dingin sekali.
Baca Juga: BMKG Prakirakan Durasi Musim Hujan di DIY Berlangsung Lebih Pendek
“Biasanya kelembaban udara yang cukup lembab, mendekati 100 persen. Biasanya 95 persen keatas itu akan terjadi (kabut) namun diiringi suhu yang masih dingin,” jelas Reni. “Kalau suhu yang dingin sekali kemudian di area tersebut kelembabannya cukup lembab bisa memicu terjadinya kabut. Ini fenomena alam, kita tidak bisa menghindari,” sambungnya.
Reni mengimbuhkan, nelayan yang telah memiliki fasilitas peralatan yang memadai seperti jangkauan visibilitas akan tetap bisa melaut. Namun berbeda dengan kapal-kapal nelayan tradisional yang akan kesulitan karena tidak memiliki peralatan yang memadai.
“Hal itu juga perlu dikomunikasikan antara nahkoda dengan BMKG. Info BMKG harus dipantau terus karena dengan kondisi seperti itu biasanya ada himbauan agar tidak melaut dulu,” ujarnya.
Baca Juga: Sampah di Sumbu Filosofi Yogyakarta Bakal Dikelola Mandiri
Sementara itu Sekretaris SAR Satlinmas Wilayah 2, Surisdiyanto mengungkapkan kabut mulai datang dari arah Samudera Hindia sejak pukul 14.00 WIB. Namun semakin sore kabut tersebut semakin tebal, bahkan menjelang petang suasana di kasasan pantai selatan Gunungkidul terasa seperti dini hari.
"Kabutnya semakin tebal mendekati malam. Sore hari kayak pagi hari habis subuh," terang dia.
Fenomena ini katanya kerap kali terjadi, namun belakangan ini intensitasnya kian meningkat utamanya saat menjelang sore hingga malam hari. Kondisi ini tentu membahayakan bagi para nelayan yang melaut karena jarak pandang yang pendek akibat kabut tebal.
Beberapa hari lalu bahkan ada seorang nelayan yang meninggal dunia usai perahunya menabrak karang ketika kebingungan mengarahkan kapalnya saat hendak kembali ke pantai tempat mereka pergi sebelumnya. Karena hal itu, Suris terus mengeluarkan imbauan agar nelayan berhati-hati dan jika memungkinkan untuk tidak melaut terlebih dahulu.
"Jika kabut tebal kami imbau agar nelayan jangan melaut dulu," ujarnya. *