HARIAN MERAPI - Sebanyak 22,3 persen warga DIY menganggap kental manis sebagai susu. Mereka perlu perlu diedukasi karena konsumsi kental manis berdampak kurang baik bagi kesehatan.
Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 1.000 responden di Kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo dan Gunungkidul pada Juni lalu. PP Aisyiyah dan Universitas Aisyiyah (Unisa), juga terlibat alam penelitian itu.
"Padahal kental manis bukanlah susu, namun merupakan minuman gula yang ditambahkan dengan susu," kata Ketua Harian YAICI Arif Hidayat, Sabtu (19/8/2023).
Baca Juga: Begini upaya Pemkab Sukoharjo untuk kurangi pencemaran udara
Menurutnya, kental manis tidak bisa menggantikan susu. Balita yang mengkonsumsi kental manis terindikasi dan berpotensi mengalami malnutrisi seperti gizi buruk, stunting maupun obesitas.
"Kadar gula dalam kental manis cukup tinggi sehingga sangat tidak baik jika harus dikonsumsi balita maupun anak-anak," ucapnya.
Wakil Ketua Penelitian Prof Dr Tria Astika Endah Permatasari menjelaskan, apa yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari mengandung gula. Ia membagi gula dalam tiga jenis yakni free sugar gula, gula alami yang terdapat pada sayur dan buah, serta hidden sugar.
"Hidden sugar adalah gula tambahan yang disamarkan di dalam produk dengan nama-nama tertentu, salah satunya dalam kental manis. Seringkali konsumen tidak menyadari bahwa itu juga termasuk jenis gula," jelasnya.
Meski gula berdampak tidak baik bagi kesehatan, namun bukan berarti tidak boleh mengkonsumsinya sama sekali. Alasannya, gula tetap diperlukan oleh tubuh, namun kadarnya harus dibatasi.
"Orang dewasa kebutuhan gula berkisar 35 – 40 gram perhari, sedangkan untuk anak-anak direkomendasikan antara 20-25 gram perhari," tandasnya.
Baca Juga: Nekat, seorang perempuan melompat ke laut saat kapal Aceh Hebat 2 berlayar, begini kronologinya
Sedangkan kandungan gula dalam kental manis berkisar 19-20 gram setiap penyajian, protein hanya 1 gram. Sementara untuk balita, kebutuhan protein yang harus dicukupi mencapai 9-25 gram sehari.
Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti menambahkan, dari penelitian ternyata ada banyak isu yang dapat dikembangkan. Harapannya penelitian tidak hanya sebatas pada kental manis saja, dan bermanfaat bagi masyarakat.
"Hasil penelitian ini nanti akan kami bawa dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat," pungkasnya.(*)