Maka aku pun menyapanya seperti biasa, “Mbak!” seruku sambil berlalu.
Ia hanya menoleh padaku sekilas dan mengangguk.
Aku tak sempat melihat bagaimana raut wajahnya saat itu. Entah tersenyum atau tidak.
Usai dari kamar mandi aku masih melihatnya menyapu di depan kamar dengan posisi membelakangiku.
Aku cuek dan segera turun menuju dapur karena perut sudah sangat lapar.
Betapa kagetnya aku, melihat mbakku dengan baju terusan yang sama sedang menggoreng telur di dapur.
Ia sedang bercanda dengan ibuku seperti pagi-pagi biasanya.
Jantungku memompa cepat, rasanya seluruh aliran darah berdesir menuju ke dada.
Lalu bulu kuduk berdiri mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.
“Mbak?” Panggilku masih setengah tak percaya.
“Kenapa Han?” tanya Mbakku heran, melihatku yang pucat pasi.
“Mbak dari tadi di dapur?” aku mencoba memastikan bahwa aku benar-benar salah lihat.
“Lah iya ini lagi bantu ibu masak.”