Satu persatu tetangga mulai berdatangan ke rumah duka.
Tak sedikit yang menanyakan perihal kepergian Ria.
Beberapa sanak saudara meminta izin untuk melihat wajah Ria terakhir kali.
Dari matanya tiba-tiba keluar air mata, tentu sangat terkejut mereka.
Mereka pun berniat untuk menggelar doa bersama namun itikad baik mereka ditolak.
Para tetangga pun mulai menaruh curiga dan mulai menggunjing majikannya.
“Jangan-jangan benar ya dugaan kita selama ini.”
“Rasanya meninggalnya tidak wajar.”
“Rumah sebesar dan sebagus ini selalu direnovasi pasti ada apa-apanya.”
Malam harinya pak mandor gelisah, ia terbayang-bayang wajah Ria.
Tengah malam pak mandor berteriak ketakutan. Ia kemudian pergi ke kamar Parjo.
Parjo yang kala itu juga tidak bisa tidur akhirnya mereka berdua pergi ke mushola.
“Saya mimpi Non Ria, ia menangis sambil berteriak minta tolong.”