harianmerapi.com - Orang yang meninggal akibat dibunuh, biasanya arwah gentayangan dan membuat teror pada si pembunuh.
Namun bisa jadi hal itu juga dikarenakan rasa bersalah si pembunuh sehingga merasa dihantui oleh pikirannya sendiri.
Sehari setelah istri ditemukan tewas mengenaskan di rumah Dul — yang menurut rumor keduanya memiliki hubungan gelap, El mengalami ganguan jiwa tak tertanggungkan.
Baca Juga: Enam Faktor Pengaruh Perkembangan Sosial Anak Usia Dini, Salah Satunya Keluarga
Semua bersimpati pada El, kecuali Dul. Lelaki itu memang laknat. Tetanggaku itu tergopoh ke rumahku.
“Tolong, ada yang mau mencekikku. Ia mau membunuhku.” Ia histeris.
“Siapa?”
“I … itu,” Ia ketakutan menunjuk udara kosong. Aku merinding, tapi mencoba tenang.
Kutanya siapa yang ia lihat, Ia diam. Meringkuk memeluk tubuhnya. Malam itu ia tidur bersamaku. Aku terbangun sebab mendengar ia meronta-ronta.
“Jangan bunuh aku. jangan!” katanya nanar menatap lurus ke depan. Tidak ada siapa-siapa selain kami berdua di kamar. Bulu kudukku berdiri. Namun, akal sehatku tetap awas.
Segera kutampar wajahnya dan menatapnya tepat di depannya. Ia lalu menangis, sesaat kemudian dia tertidur kelelahan.
Hingga tiba-tiba listrik padam dan seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku merinding. Bagaimana mungkin ada yang masuk ke dalam rumahku dan kini mengetuk pintu kamar. Tapi akulah tuan di rumahku.
Kubuka pintu dan yang ada hanya kegelapan. Hening dan lampu menyala. Tiba-tiba kulihat tubuh El terangkat sendiri dan jatuh seperti dibanting ke lantai.
Aku histeris bersamaan dengan raungan ketakutan El.
“Maafkan aku Emi. Maafkan!” raungnya ketakutan. Saat itu juga rumahku didobrak dan pintu terbuka. Aku berlari keluar kamar.