"Pangapuntene Mbah. Nyeberangipun sampun nopo dereng? Kulo badhe liwat."
Tepat setelah mengucapkan itu sebuah sepeda motor melintas dengan kecepatan yang agak tinggi.
Dan ... wuusss ... sesosok nenek tersebut menghilang bersamaan dengan melintasnya sepeda motor.
Mbah Yem pun segera pulang dengan wajah yang pucat pasi dan keringat bercucuran.
Semenjak kejadian itu, Mbah Yem tidak berani pulang sendiri.
Ia selalu meminta si tuan rumah yang mengundangnya untuk memijit agar mengantarkannya pulang melewati jembatan kecil tersebut. (Seperti dikisahkan Ni'matus Sholihah di Koran Merapi) *