“Ya ampun, Gana. Kamu nanti sakit. Baru saja kamu sembuh dari batuk!”, ujar Mak Sarnah sewot.
Diteriaki Emaknya, Margana segera masuk rumah. Aneh. Tidak masuk akal.
Begitu Margana berada dalam rumah, dia tidak basah kuyup. Tubuhnya kering. Tidak didapati setetes pun air.
“Aku tadi diajak main hujan-hujanan sama Abah Somadun, Mak.
Abah menjamin, aku tidak akan masuk angin, batuk, mau pun pilek”, jawab Margana ketika Emaknya mencecar beberapa pertanyaan.
“Siapa yang mengajak? Abah Somadun?!”, tanya Mak Sarnah seperti tidak percaya akan ucapan anaknya.
Pertanyaan itu diulang lagi, namun jawaban Margana tetap sama.
Bahwa yang mengajak adalah Abah Somadun, Kakeknya Margana atau Bapaknya Mak Sarnah.
Mak Sarnah semakin tidak percaya. Selama hidupnya, Abah Somadun tinggal di Sumedang.
Jarang sekali pergi meninggalkan desanya. Dan dua tahun lalu Abah Somadun telah meninggal dunia karena sakit tua.
Tiga hari sesudah kejadian itu Mak Sarnah mengajak Margana pulang ke kampung di Sumedang.
Tujuan utamanya adalah menengok kubur Abah Somadun.
“Yah, mungkin Abahmu kangen sama kita, Gana”, ujar Mak Sarnah selesai mengirim doa di makam Abah Somadun. - Semua nama samaran (Sepeti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *