Bahkan setahun kemudian pada 1629 Masehi, Sultan Agung justru menyiapkan pemakamannya sendiri di Giriloyo, Imogiri, Bantul.
Namun pemakaman itu tidak jadi digunakan karena kerabatnya, Panembahan Juminah mendahului.
Sultan Agung lalu menyiapkan pemakaman lagi di Bukit Merak. Sekarang bukit tersebut dinamakan Astana Pajimatan Imogiri.
Karena sudah sepuh, Sultan Agung lebih memberdayakan para adipati atau bupatinya untuk membendung infiltrasi Belanda. Salah satunya, RT Padmanegara.
Ketika Belanda sudah menguasai Kota Cirebon, Sultan Agung merasa cemas. RT Padmanegara yang saat itu menjadi Bupati Pekalongan diperintahkan membendung habis-habisan tentara Belanda itu.
Waktu itu, Pekalongan merupakan garis terdepan Kotaraja Mataram Hadiningrat di Yogyakarta.
RT Padmanegara pun menyadari daerahnya merupakan garis terdepan yang paling menentukan kejayaan Mataram.
Baca Juga: Kisah Johar Manik pejuang laskar Diponegoro di Salatiga, dibukukan oleh Dispersip, ini bukunya
Dia tahu kalau sampai kalah dan diduduki Belanda berarti Mataram sudah dijajah Belanda. Karena itu, RT Padmanegara berjuang mati-matian. *