Kisah Raden Tumenggung Padmanegara, ayahanda Ronggowarsito dan senopati perang andalan Sultan Agung

photo author
- Rabu, 14 Desember 2022 | 13:25 WIB
Gapura masuk menuju kompleks Makam RT Padmanegara di padukuhan Geneng, Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah.  (Koko Triarko)
Gapura masuk menuju kompleks Makam RT Padmanegara di padukuhan Geneng, Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah. (Koko Triarko)

Bahkan setahun kemudian pada 1629 Masehi, Sultan Agung justru menyiapkan pemakamannya sendiri di Giriloyo, Imogiri, Bantul.

Namun pemakaman itu tidak jadi digunakan karena kerabatnya, Panembahan Juminah mendahului.

Sultan Agung lalu menyiapkan pemakaman lagi di Bukit Merak. Sekarang bukit tersebut dinamakan Astana Pajimatan Imogiri.

Karena sudah sepuh, Sultan Agung lebih memberdayakan para adipati atau bupatinya untuk membendung infiltrasi Belanda. Salah satunya, RT Padmanegara.

Baca Juga: Dua bersaudara tenggelam di Konut Sulawesi Tenggara, satu orang ditemukan meninggal, satu orang masih dicari

Ketika Belanda sudah menguasai Kota Cirebon, Sultan Agung merasa cemas. RT Padmanegara yang saat itu menjadi Bupati Pekalongan diperintahkan membendung habis-habisan tentara Belanda itu.

Waktu itu, Pekalongan merupakan garis terdepan Kotaraja Mataram Hadiningrat di Yogyakarta.

RT Padmanegara pun menyadari daerahnya merupakan garis terdepan yang paling menentukan kejayaan Mataram.

Baca Juga: Kisah Johar Manik pejuang laskar Diponegoro di Salatiga, dibukukan oleh Dispersip, ini bukunya

Dia tahu kalau sampai kalah dan diduduki Belanda berarti Mataram sudah dijajah Belanda. Karena itu, RT Padmanegara berjuang mati-matian. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X