“Iya…iya…” seru Suratni sambil berlari keluar rumah.
“Hati-hati di jalan, ya. Jangan mampir-mampir,” pesan ibu Suratni.
Baca Juga: Empat pembunuh bayaran istri Kopda Muslimin mulai diadili di Pengadilan Negeri Semarang
“Nggih, Bude,” jawab Murti.
Sepanjang perjalanan, seperti biasa, saat melewati kebun sawah, dan sungai,
beberapa kali Suratni berhenti demi mengambil apa pun untuk pasaran nanti.
“piyeek..piyeek..piyeek…”
“Apa, tuh?” seru Suratni. Murti pun menajamkan pendengarannya.
“Piyeek…piyeek...” suara itu kembali terdengar.
Suratni dan Murti bergegas mencari asal suara itu.
Suaranya mirip suara anak ayam. Aneh memang, sawah ini kan, jauh dari pemukiman, tapi bisa ada anak ayam di sini.
“Mungkin ayam hutan liar. Lumayan kalau memang itu anak ayam, bisa kita bawa pulang buat dipelihara,” kata Murti yang langsung disetujui oleh Suratni.
Setelah mencari beberapa lama, di tepi pematang sawah itu, mereka menemukan sebuah besek tertutup.
“Piyeek…piyeek…”