Baca Juga: Mahasiswa Papua di Yogya mendapat bantuan bahan pokok dan alat pertukangan
Tapi, si pemburu tidak percaya kalau anaknya yang meninggal ada hubungannya dengan ayam alas yang ditembaknya di Gunung Tidar.
"Lalu, si pemburu itu menembak ayam alas lagi di Gunung Tidar. Begitu ditembak, anaknya yang lain meninggal lagi," kata Supardi.
Menurut Supardi, setelah kejadian yang kedua itu si pemburu baru percaya kekeramatan Gunung Tidar. Dan, kisah serupa itu seringkali terulang.
Supardi mengisahkan, suatu ketika pemburu bernama Budiman juga nekat menembak ayam alas.
Begitu ayam alas ditembak, petir menggelegar dan turun hujan lebat. Padahal, waktu itu masih puncak musim kemarau di bulan Agustus.
Tapi, keanehan petir dan hujan di musim kemarau itu tak membuat Budiman berpikir mistik.
Budiman tetap nekat membawa pulang ayam alas yang sudah mati ditembaknya itu.
Setibanya di rumah, ayam alas tersebut bahkan dimasak. Dan, pada malam harinya Budiman bermimpi.
Dalam mimpinya itu Budiman disuruh mengembalikan ayam alas yang sudah dimakannya.
Dalam mimpinya itu pula Budiman disuruh mengganti ayam alas itu dengan lima ekor ayam jago.
Saking takutnya, malam itu pula Budiman mengendarai sepeda motor menuju Gunung Tidar.
Baca Juga: Sebelum terungkap sejarahnya, Gunung Tidar Magelang dikenal keramat, angker, gawat keliwat-liwat
Bak orang kesurupan, Budiman melarikan sepeda motornya dengan kencang. Lalu, menabrak pohon besar di dekat Gunung Tidar.