Ditutup rapat sampai mampet. Kemudian meninggalkan sawahnya, bergegas pulang.
Aneh dia rasakan sepanjang jalan. Perutnya sakit, mual seperti ingin buang angin tapi tidak bisa.
Sesampainya di rumah dia minta dikeroki suaminya. Itu yang biasa dilakukannya kalau masuk angin.
Tapi bukannya anginnya keluar, perutnya semakin sakit. Rasa begah dan kembung tidak nyaman.
Akhirnya diputuskan ke Puskesmas untuk berobat. Kata dokter Yu Centini tidak apa-apa, sehat.
Kurang minum saja, setelah minum obat nanti pasti bisa kentut, dokter meyakinkan seperti itu.
Namun obat dari dokter tak mempan. Perutnya tetap sakit, kembung. Sudah 4 hari dia tidak bisa kentut.
"Ni,, kami kemarin mbunteti bolongan po?" tanya simboknya Yu Centini.
"Hah.. bolongan?" Yu Centini mencoba mengingat-ingat. "Oh.. iyaa.. Iya Mbok, kemarin habis tandur aku nutup lubang yuyu di sawah," jawab Yu Centini.
"Woo.. lha pantesan. Asal nutup saja kamu, tanpa permisi," kata Simbok.
"Sudah besok pagi kamu ke sawah bawa bunga melati dan bunga mawar, terus letakkan di dekat lubang yang kamu tutup!"
"Lha..kenapa Mbok, nanti airnya surut," kata Yu Centini heran.
"Sudah, gak perlu banyak tanya, manuto," Simbok ngomel.