Terdengar suara gesekan sapu lidi dengan tanah. Dengan spontan Parman menoleh ke sumber suara dari bawah pohon bambu.
Terlihat seorang nenek sedang nyapu daun-daun bambu yang berserakan sambil nggresulo dan marah-marah.
"Daun bambu berserakan, didiamkan saja! Reget! Jorok!" kata Nenek itu.
Karena penasaran Parman memberanikan diri lebih memperhatikan wajah nenek itu.
Mak jegagik ternyata nenek yang sedang nyapu itu wajahnya tidak karuan.
Satu matanya bolong dan wajahnya gosong. Gelungan rambut putihnya yang sedikit acak-acakan menambah kengerian pada wajahnya.
Melihat pemandangan tak lazim itu Parman terpaku untuk sesaat. Ingin berteriak tapi lidahnya kaku.
Badannya adem panas, jantungnya terasa mau lepas.
Dengan sisa kesadaran Parman balik kanan dan langsung lari sambil membaca ayat-ayat suci yang dia hafal.
Setelah kejadian itu Parman selalu minta ditemani untuk muter mengambil jimpitan.
Setidaknya ada orang menolong kalau dia semaput melihat penampakan. - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan Indri Astuti di Koran Merapi)*