harianmerapi.com - Tontonan wayang kulit memang sangat menyenangkan sampai-sampai seperti kena hipnotis. Tapi ternyata semua itu merupakan kejadian mistis.
Malam itu Pak Parjo (bukan nama samaran) sedang mendapat jatah tugas ronda di kampungnya. Seperti biasa mereka berkumpul di pos ronda sekitar pukul sepuluh malam.
Kebetulah hari tidak hujan sehingga yang datang ke pos ronda lumayan banyak.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 43: Menghubungkan Kematian Calon Istri dengan Keberadaan Perempuan Misterius
Sambil ngobrol tentang keadaan kampung yang agak rawan dengan adanya dua kasus pencurian dalam sebulan. Sekali-kali juga berbincang tentang pertanian.
Kalau perbincangan mulai nyandra kaum perempuan, perbincangan menjadi bertambah gayeng dan kadang diseling banyolan seronok.
Yaaah, maklumlah, yang ada di cakruk itu hanya ada kaum lelaki, jadi mereka merasa bebas ngrasani perempuan.
Tidak terasa waktu berjalan semakin larut. Mereka lalu patroli atau keliling kampung sambil mengambil beras jimpitan dari rumah ke rumah warga.
Ekh, dari jauh lamat-lamat terdengar bunyi gamelan seperti ada orang yang sedang punya hajat menanggap wayang.
Baca Juga: Misteri Patung Kodok yang Konon Ada Penunggunya, Kadang Menampakkan Diri Jadi Penari Ledhek
Setelah selesai keliling kampung Pak Parjo pamit kepada teman-temannya untuk melihat wayang kulit. Sambil berjalan beliau mencari sumber suara gamelan yang terdengar kadang timbul kadang tenggelam itu.
Setelah beberapa saat sampailah ia di tempat keramaian banyak pedagang dan penonton wayang di rumah yang cukup megah.
Dalam batin pak Parjo berkaya: “Ini rumah siapa ya, saya kok belum pernah tahu? Mungkin pendatang baru sehingga untuk mengenalkan diri kepada warga sekitar dengan cara menanggap wayang.”
Satu hal yang terasa aneh dalam pagelaran wayang itu yaitu tidak ada satupun penonton wayang yang ia kenal.
Setelah mendapat tempat duduk yang pas, Pak Parjo mengikuti cerita wayang yang semakin larut ceritanya semakin menarik.