HARIAN MERAPI- Ini kisah dari Babad tanah jawi tentang kembang desa Gunung Penanggungan, Rara Semi.
Ia ditinggal pergi prajurit Majapahit saat hamil, sehingga dianggap mencemarkan nama baik desa dan keluarga.
Sebutan kembang desa bagi Rara Semi anak lurah Dipayuda desa Lulumbang di kaki Gunung Penanggungan tidak berlebihan.
Di samping anak seorang petinggi desa yang disegani, juga tingkah lakunya sopan tidak pernah menyakiti hati orang lain.
Untuk itulah Rara Semi semakin dihormati, bagi para muda di desanya maupun di luar desa Lulumbang.
Dalam Babad Tanah Jawi diceriterakan, suatu saat desa Lulumbang kedatangan tamu prajurit Majapahit yang dipimpin Kebo Anabrang.
Para tamu disambut dengan suka cita oleh Ki LurahDipayuda, pimpinan prajurit yakni Kebo Anabrang bersama Banyak Klentheng linenggahake di gandok tengah.
Kedatangan Kebo Anabrang bersama para prajurit diutus Raja Majapahit Sanggramawijaya, untuk mengetahui kemantapan dan rasa setia desa Lulumbang terhadap Majapahit.
Jangan sampai ada teliksandi Kediri yang masuk desa, untuk memecah belah pihak yang saat ini mantap menjadi wilayah Majapahit.
Untuk itulah Kebo Anabrang ingin menempatkan seorang prajurit sandi, agar bisa mengawasi setiap gerak prajurit Kediri yang ingin masuk desa Lulumbang yakni Banyak Klentheng.
Setelah berkenalan dengan Ki Lurah Dipayuda, Kebo Anabrang pamit meninggalkan desa Lulumbang untuk kembali ke Majapahit.
Jadilah Ki Lurah Dipayuda menyiapkan pemondokan untuk Banyak Klentheng, ketika Rara Semi dan ibunya membantu bersih-bersih mendadak kakinya dirambati klabang hewan gegremet yang membuat ketakutan.
Dengan sigap Banyak Klentheng menangkap hewan gegremet tadi, dan dibunuhnya.