Kepada para konsumennya, Basir juga selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Ia selalu mengenakan baju yang rapi dan bersih. Tak lupa semprotan minyak wangi selalu ada di jok motornya. Ia tak ingin konsumen merasa tidak nyaman, gara-gara bau keringat dari badannya.
Basir juga senantiasa sabar menghadapi konsumen yang beraneka ragam karakternya. Ada konsumen yang dari naik motor sampai ke tujuan tidak pernah ngomong sama sekali, tapi ada yang dengan akrab mengajak ngobrol sehingga tak terasa tahu-tahu sudah sampai ke tujuan. Begitu pun ada konsumen yang rewel dan penuh tuntutan, tapi ada pula yang sangat sopan dan tidak merepotkan.
Di antara ribuan konsumennya, Basir memiliki satu pelanggan yang ia antar jemput ke sekolah. Anak tersebut masih duduk di kelas 4 SD, namun oleh orang tuanya diserahkan sepenuhnya pada Basir untuk urusan antar jemput ke sekolah.
Basir pun menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, sehingga si anak tidak pernah terlambat sampai sekolah. Begitu pun tiba di rumah tepat waktu, sekali pun kadang-kadang Basir harus menunggu cukup lama jika si anak sedang mengikuti kegiatan di sekolah yang tidak terjadwal waktunya.
Hingga suatu siang, tiba-tiba Basir menerima telepon dari orang tak dikenal, yang minta dirinya datang ke sebuah kantor. Sampai di tempat sesuai alamat, Basir ternyata tidak disuruh untuk mengantar orang atau barang. Oleh satpam ia dibawa ke ruangan pimpinan kantor yang luas dan sejuk.
"Selamat siang saudara Basir, silakan duduk," kata bos perusahaan tersebut dengan ramah.
Dengan ragu-ragu Basir pun duduk di kursi yang sangat empuk. Masih ada tanda tanya besar di benaknya, mengapa dirinya dipanggil ke tempat tersebut.
Baca Juga: Bantu Tangani Corona, Pemda DIY Siapkan Rp 50 Juta Perkalurahan
"Tahu kenapa saya undang kemari?"
"Tidak, Pak."
"Ketahuilah, yang mengundang Anda kemari memang saya, tapi yang mengantar sesungguhnya anak saya."
"Maksud Bapak?" kata Basir masih bingung.
"Baik, Anda adalah langganan pengantar anak saya ke sekolah. Selama ini anak saya selalu cerita tentang Anda, tentang kesetiaan, ketulusan, keikhlasan dan kejujuran Anda. Termasuk saat anak saya pulang sekolah Anda ajak untuk muter-muter mencari alamat, hanya untuk mengembalikan dompet yang Anda temukan di pinggir jalan. Dan Anda tidak mau menerima upah dari orang yang kehilangan dompet tersebut."
Apa yang disampaian bapak tersebut memang benar adanya. Namun Basir tak menyangka anak yang selama ini jadi pelanggannya menceritakan semuanya kepada sang ayah.
"Nah, kebetulan saat ini saya membutuhkan orang dengan kualifikasi seperti Anda. Soal pendidikan gampang, nanti bisa sekolah lagi, yang penting karakter Anda persis seperti yang saya inginkan. Bagaimana?"
Basir kaget bukan kepalang mendegar tawaran tersebut, sampai-sampai ia tidak bisa menjawab langsung.
"Tidak perlu ragu-ragu soal gaji, tapi kalau masih perlu berpikir, silakan saya beri waktu beberapa hari."