"Ya sudah, bagaimana kalau bapak antar saja sampai rumah? Tidak usah bayar. Itung-itung kan tadi mbak nolong saya."
Awalnya Isna ragu-ragu. Tapi ia berpikir, daripada jalan kaki saat larut malam, akhirnya tawaran tukang becak itu diterimanya.
Isna pun menaiki becak itu. Entah mengapa, jalannya becak semakin lama semakin cepat.
Bahkan ia merasa itu lebih cepat dari naik bus. Ditambah lagi, becak itu seperti diselimuti kabut.
Lantas rasa ngantuk benar-benar menyerang Isna. Sesekali ia melirik ke bawah. Aneh sekali.
Tempat yang dilewati terlihat kecil. Seolah ia melihatnya dari ketinggian.
Baca Juga: Pengalaman misteri Tarmidi yang tak sadar mengajak roh kembaran pacar nonton film di bioskop
Tapi karena mengantuk, ia menganggap itu hanya mimpi.
Sejenak kemudian tukang becak membangunkan Isna. "Mbak...mbak, sudah sampai tujuan mbak."
Saat membuka mata, ternyata Isna sudah berada di depan rumah.
Herannya, perjalanan dari sekolah ke rumah terasa sangat singkat.
Lebih heran lagi, tadi Isna tidak memberitahu alamat rumahnya, tapi tukang becak langsung mengantarnya sampai di depan rumah.
Isna melihat jamnya menunjuk pukul 23.30. Waktunya memang benar, tapi perjalanannya terasa sangat cepat.
Baca Juga: Kembang Laruk bagian 37: Anak kecil bergaun putih berwajah hancur itu, terus menertawai Riski
Isna pun menoleh ke belakang. Ehh... becak itu sudah hilang.
Hanya ada kepulan asap dan tercium bau kembang kamboja.