harianmerapi.com - Baru dua minggu Bu Widi, Guru Matematika itu bertugas di sebuah SMP Swasta tidak jauh dari desa asalnya.
Sebuah gedung sekolah lama yang masih menyisakan beberapa bangunan tua buatan Belanda, yang konon ada penghuni berwujud makhluk halus.
Dari cerita turun temurun makhluk halus tersebut suka berbuat usil. Ada semacam tradisi di sekolahan tersebut. Akan terjadi ‘perpeloncoan’ bagi Guru baru.
Baca Juga: Lima Keistimewaan yang Dimiliki Seorang Perempuan di Mata Islam
Yang memelonco bukan sesama Guru. Bukan pula murid yang diajar. Namun, makhluk halus yang menghuni ruangan gudang sekolah tersebut.
‘Perpeloncoan’ bisa terjadi sampai dua bahkan tiga kali, begitu ujar teman-teman Guru.
Bu Widi yang berpikiran modern tidak percaya begitu saja akan hal itu. Pagi itu Bu Widi berangkat kerja seperti biasanya. Tidak ada yang salah pada busana yang dikenakannya.
Aneh! Begitu memasuki halaman sekolah, dia merasa seperti ada yang tidak beres. Bagian dada terasa ada yang sesak.
Baca Juga: Bukan Cinta Sejati 38: Bakti Terakhir Anak Merawat Orang Tuanya yang Sakit Hingga Akhir Hayat
Dia rasakan sangat tidak nyaman. Selesai memarkir sepeda motornya, Bu Widi berlari kecil menuju toilet. Pintu langsung ditutup rapat.
Di dalam toilet, blus yang dikenakan buru-buru dia copot. “Ya ampuuun...kok bisa begini?” Ternyata bra yang dia kenakan bukan miliknya, tetapi milik anak sulungnya.
Pantas saja sesak, karena agak kekecilan. Sepanjang hidupnya Bu Widi belum pernah mengalami kekeliruan seperti pagi itu. Bu Guru Matematika itu heran bukan kepalang.
Meski begitu, rasa sesak dan tidak nyaman itu terpaksa dia tahan. Begitu bel jam pelajaran terakhir berbunyi, Bu Widi nggeblas pulang.
Baca Juga: Cerita Misteri Anak Hilang Ternyata Diajak Roh Kakeknya Memanjat Pohon Kelapa untuk Menyadap Nira
Sesampai rumahnya, buru-buru masuk kamar dan membuka blusnya, ingin berganti ‘daleman’ miliknya sendiri.
Lagi-lagi terjadi hal yang tidak masuk akal. Bu Widi teramat sangat heran. Begitu dia membuka blus, rasa sesak dan tidak nyaman di bagian dada itu hilang begitu saja.