Ia membeli (kulak) dari Surabaya memang harganya relatif murah disana.
Tiap hari rata-rata ia bisa memperoleh keuntungan minimal Rp. 100.000,-.
Kalau ramai seperti menjelang hari Raya Idul Fitri atau Natal untungnya bisa lebih Rp. 100.000,-.
Adapun suaminya Mas Ripta (nama samaran) berganti-ganti pekerjaan.
Pernah ia menjadi tukang parkir. Karena hasilnya kurang memadai ia lalu menjadi sopir bus.
Terakhir ia bekerja sebagai sopir taksi.
Pada waktu menjadi sopir taksi ia mengalami kecelakaan waktu menghindari orang yang menyeberang jalan.
Mobilnya jatuh ke dalam sungai sehingga ia meninggal dunia.
Baca Juga: Pemancing diteror tujuh bajangkerek 1: Pilih tempat di bawah beringin tiba-tiba kepala pusing
Pada waktu itu belum punya anak. Jadi Jeng Rini sebagai janda muda.
Memang antara mas Ripta dan Jeng Rini pernah berjanji sehidup semati cintanya.
Maka waktu suaminya meninggal dunia ia tidak kawin lagi.
Jeng Rini tinggal di rumah yang dibangun suaminya dulu, di dekat sawah dan di dekat sungai yang besar.
Di belakang rumah ada pohon gayam yang besar dan di sekitarnya ditumbuhi oleh pohon-pohon bambu.