Dia marah karena tadi ada temanku yang membuang bungkus mie instan di situ.
Bapak Juru kunci mengingatkan untuk menghormati setiap tempat meski tempat tersebut sepi, belum tentu tidak ada penghuninya.
Setelah kejadian itu kami langsung bersih-bersih area di sekitar mushola.
Memang kami mendirikan dapur umum di sebelah mushola. Kami langsung memindahkan dapur umum ke dekat tenda.
Seminggu kemudian temanku yang mengajar di salah satu SMP di Kota Semarang datang ke rumah.
Dia meminta bantuanku untuk membantu pelantikan PMR di Bumi Perkemahan Hutan Pinus Nglimut.
Karena punya pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya, dengan terpaksa aku menolak untuk ikut.
Setelah acara tersebut dia cerita kalau ada yang sempat kesurupan juga.
Baca Juga: Horor Kembang Laruk bagian 7: Riski, ia dikelilingi Puteri dan Andris, 2 pendaki jago!
Sepertinya saat itu penunggu di Bumi Perkemahan Hutan Pinus Nglimut sedang tidak suka didatangi tamu. (Seperti dikisahkan Martin Eko Setiawan di Koran Merapi) *