KH Muhammad Jazir mengurai makna HaNaCaRaKa dalam acara diskusi budaya malam Sabtu Kliwon Kadipaten Pakualaman

photo author
- Minggu, 28 Agustus 2022 | 14:04 WIB
Pembicara dalam Diskusi Budaya Malem Sabtu Kliwon KH.Muhammad Jazir (Tengah) KPH. Kusumoparastho (berpeci) dan Moderator KMT Reksoprabowo. (Teguh Priyono)
Pembicara dalam Diskusi Budaya Malem Sabtu Kliwon KH.Muhammad Jazir (Tengah) KPH. Kusumoparastho (berpeci) dan Moderator KMT Reksoprabowo. (Teguh Priyono)

HARIAN MERAPI - Manusia lahir dari rahim ibunya tidak membawa apa-apa, sehingga dalam ilmu Kasunyatan atau Adammakna dapat dibabar melalui perlambang aksara Jawa yaitu HaNaCaRaKa yang masih legena atau tanpa sandangan.

Sehingga manusia harus berproses memahami dirinya sendiri setelah Allah memberinya kelengkapan dengan pendengaran, penghilatan dan akal budi.

Itulah sandangan hidup yang secara bertahap dalam perkembangannya sejak bayi sampai kemudian dapat paham mengolah Cipta, Rasa dan Karsanya.

Baca Juga: Pengalaman misteri Handoko saat tinggal di rumah kontrakan, digoda perempuan cantik yang mengajak bercinta

Demikian diungkap Ketua Bidang Budaya MUI DIY KH. Muhammad Jazir dalam Dialog Budaya Malam Sabtu Kliwon Kadipaten Pakualaman di Ndalem Kepatihan Pakualaman.

Acara dengan tema Memahami Konsep Memayuhayuning Sesama Dalam Konteks Membangun Kerukunan Antar Ummat ini digelar Jumat (26/8/2022) malam.

Lebih lanjut menurut Ustadz Jazir begitu sapaan Ketua Takmir Masjid Jogokaryan ini, sebagai mana dalam cerita wayang lakon Dewa Ruci tokoh Bima untuk mengenali dirinya sendiri dia harus dapat mengenali siapa yang menjadi pemomongnya.

Berbagai jalan ditempuh hingga Bima menemukan siapa pemomongnya yaitu Dewa Ruci.

"Siapa yang sudah dapat mengenali dirinya, maka dia telah bertemu dengan Tuhannya. Itu seperti lakon wayang Dewa Ruci yang menjadi dewanya Bima," tutur Ustadz Jazir.

Baca Juga: Rencana kenaikkan harga BBM, rakyat hanya bisa pasrah....

Menurut dia, pendiri Kadipaten Pakualaman yaitu Pangeran Notokusomo juga memiliki kemampuan yang kuat dalam menjalani berbagai perjalanan hidup yang keras serta mengalami serangkaian ancaman pembunuhan.

Jika Pangeran Notokusumo belum menemukan kesejatian dirinya, pasti dia tidak akan mampu menjalani hidup penuh dengan intrik yang mengancam keselamatan jiwanya.

"Namun Pangeran Notokusumo mampu melewati semua ancaman dan perlakuan buruk itu sebagai mana perjalanan hidup Nabi Yusup, yang tidak memiliki rasa dendam meski terdzolimi," tandasnya.

Kemampuan untuk tetap berjalan lurus meski mengalami banyak ujian terlebih ancaman pembunuhan, bukan hal yang mudah bagi seseorang.

Hanya orang yang telah menumukan sejatian dirinya serta memahami akan hakekat hidup ini, maka dia akan mampu melewati dengan sukses.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X