"Apa ngglindhing ke perengan situ? Kang Pardal masih bukak bingkil di situ?” kata Pakdhe Sarijo bertanya.
“Tak usah dicari. Ini kuberi lungsuran pedal sekalian tak pasangke,” jawab Pardal lalu dengan cekatan lelaki bengkel itu memasang pedal, sebentar kemudian beres.
Pakdhe Sarijo mencari dompetnya di dalam krombong. Namun tatkala akan dibayar Kang Pardal sudah pergi, entah kemana.
“Welhaaa, cah mau nylingker nang ngendi?”, gumam Pakdhe Sarijo.
Dia mencarinya kesana kemari sambil membawa dompet karena merasa belum membayar jasa si bengkel yang menolongnya.
Belum lagi ketemu yang dicari mendadak dari gang kecil di kampung itu muncul banyak warga yang membawa besek berkatan.
“Mencari apa, Pak?” tanya salah seorang dari mereka yang juga menyangga genduren.
“Mencari Kang Pardal. Tadi sepeda onthel saya rusak, pedalnya pothol dan hilang entah kemana. Baru saja Kang Pardal menolongku memberi lungsuran pedal sekaligus memasangkannya?”
Baca Juga: Misteri Mbah Drono dan pencuri sakti 2: Warga resah ada pencuri lembu dan beras yang bisa menghilang
Bapak pembawa besek gendurenan itu berbisik kepada Pakdhe Sarijo, “Stststttt... Pardal itu sudah meninggal. Lha ini tadi aku turut slametan tujuh harinya.”
“Haaaahhh...?”, Pakdhe Sarijo terperangah heran dan agak sedikit ketakutan.
“Tenang sajalah, Pak. Di sini kejadian seperti itu biasa. Jika ada warga yang meninggal dhanyange penunggu kreteg sebelah timur itu sering menampakan diri dengan menyaru seperti orang yang meninggal tersebut."
"Jadi bapak tak perlu takut!”. - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan Akhiyadi di Koran Merapi) *