harianmerapi.com - Adalah dua sekawan yang hobi naik sepeda yang menantang, seperti menapaki bukit dan gunung. Hingga suatu ketika mereka menemui kisah misteri pada jalur sepeda.
Kedua peseda itu sayup-sayup mulai kelelahan. Ayunan kaki sudah tidak sekencang sore tadi. Puncak bukit sudah selesai mereka tuntaskan dan akan pulang.
“San, Santo. Di pertigaan itu kita ambil kanan terus kiri masuk jalur setapak saja,” terang Maryanto.
Baca Juga: Misteri Sosok Kecil yang Ternyata Makhluk Halus Penunggu Lampu Antik
“Lho, enggak lewat jalur tadi?” tanya Santo yang kebingungan.
“Nggak, biar cepet. Tadi pas berangkat aku lihat banyak peseda yang keluar dari jalan setapak itu, sepertinya tembus langsung ke jalur aspal.” Kembali Maryanto menjelaskan kepada Santo.
Santo mengikuti Maryanto dari belakang, dirinya pasrah pada pilihan kawannya tersebut. Terlebih tidak ada penerangan di kaki bukit tersebut.
Padahal sore terlihat ramai pejalan atau pengendara yang dirinya temui. Namun, sekarang hanya dua orang tersebut.
Baca Juga: 7 Manfaat Mengkonsumsi Daun Kemangi, Salah Satunya Bikin Awet Muda
Lampu sepeda hanya sepenggal cahaya, hanya menyoroti jalanan setapak yang kadang halus dan bergeronjal. Meski gelap, Santo masih dapat melihat jelas kawannya di depan.
Beberapa kali dirinya meminum air persedian dan kini adalah tegukan terakhir.
Di sisi lain pandangan Maryanto mulai kabur. Gelap semakin legam, begitu pula dengan bunyi jangkrik yang surut menjadi sunyi.
Ditengoknya Santo semampunya di belakang, masih terlihat sorot lampu dan kilasan stiker helm milik kawannya tersebut.
Baca Juga: Mengenal Allah Melalui Penciptaan Alam Semesta
Beberapa pemandangan gelap tidak menelan segala yang ada di depan Maryanto, masih terlihat dahan-dahan pepohonan dan jalan tanah setapak.