Tak berhenti sampai di situ. Sekitar sepuluh menit kemudian, Rahman terperangah, pandangannya ciut, dan tubuhnya kaku.
Ketika ia menoleh ke atas, sesosok gendruwo menyambutnya dengan tatapan tajam.
Baca Juga: Misteri mak-mak yang memulung jemuran baju para santri pada malam hari, ternyata .......
Jarak antara wajahnya dengan makhluk itu hanya sepanjang jari telunjuk.
Rahman mulai panik. Tidak ada yang bisa diharapkan.
Perlahan namun pasti, ia mulai membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an sebisanya.
Setelah berakhir, Rahman menceritakan pengalaman kepada ibunya melalui telepon.
Lewat percakapan itu, ibunya berpesan. “Nak, sebagai manusia, kita wajib memperkuat iman."
"Dengan begitu, kita akan selalu terjaga. Nak, Manusia hidup berdampingan dengan makhluk lain (jin) di muka bumi.”
Rahman mengangguk setuju.
“Mereka menggganggu kita, terus kita takut, mereka akan senang. Maka dari itu,npertebal iman dengan takwa."
"Insyallah, enggak akan ada apa-apa. Derajat manusia, kan, lebih tinggi,” lanjut ibu.
Sehabis mendengar petuah dari ibunya, Rahman pun membulatkan tekad.
Dengan lekas, ia mengambil air wudu dan membaca Al-Qur’an. (Seperti dikisahkan Muhammad Yusuf Shabran di Koran Merapi) *