Suasana batin yang tak nyaman itu masih dirasakan Lol sampai saat hari pernikahan. Semua terasa hambar bagi Lola.
Lola melihat wajah Puma yang tampak tersenyum gembira dan merasa menang telah berhasil menikahi dirinya.
Hal itu membuat Lola makin muak. Ingin rasanya ia menyambar pisau yang kebetulan tereletak di sebuah meja dan menusukkannya ke perut Puma.
Namun Lola juga masih punya pikiran waras. Ia tak ingin semua menjadi kacau dan dirinya semakin dicemooh orang-orang jika melakuan hal-hal yang ceroboh.
Lola masih punya iman sehingga cukup bisa mengenalikan dirinya.
Terpenting ia juga ingin menjaga nama baik orangtua agar tidak dipermalukan oleh keluarga Pak Sungsang yang bisa saja berbuat sewenang-wenang.
"Biarlah yang terjadi terjadilah, entah bagaimana nanti itu urusan belakang," kata Lola dzlam hati. (Bersambung) *