harianmerapi.com - Selama 36 tahun Sunan Drajat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengajarkan Islam di Ndalem Duwur.
Akhirnya beliau wafat sekitar tahun 1522 Masehi dan dimakamkan di perbukitan Drajat, Paciran, Lamongan.
Lokasi makam Sunan Drajat ini dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Daendels (Anyar-Panarukan), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaraan pribadi.
Kompleks makam Sunan Drajat terbagi menjadi tujuh halaman yang semuanya berada di perbukitan.
Makam Sunan Drajat terletak di posisi paling tinggi dan berada di belakang. Di dekat makam tersebut, ada Museum peninggalan Sunan Drajat,
di antaranya kumpulan tembang pangkur, gamelan, dan dayung perahu yang pernah menyelamatkannya ketika diterjang ombak di lautan.
Selama ini sudah sering dilakukan pemugaran oleh pemerintah setempat untuk mendukung pelestarian warisan sejarah tersebut.
Ada pintu Gapura Paduraksa dengan hiasan cungkup, serta pagar kayu bermotif sulur dan teratai yang menguatkan kesan lambang sebuah gunung. Selain itu ada juga pembangunan kembali Masjid Sunan Drajat.
Selain melakukan pemugaran komplek makam, pemerintah Kabupaten Lamongan juga mendirikan Museum Daerah Sunan Drajat
untuk mengenang jasa para wali dan Sunan Drajat yang menyebarkan agama Islam di Jawa khususnya Lamongan.
Museum ini diresmikan Gubernur Jawa Timur tanggal 1 Maret 1992, dan letaknya di sebelah timur makam Sunan Drajat.
Museum tersebut dibangun untuk menghormati jasa-jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan