Sunan Ampel 4: Dakwah untuk Memperbaiki Akhlak Masyarakat dengan Mengubah Perilaku Warga Lewat Moh Limo

photo author
- Kamis, 5 Mei 2022 | 14:05 WIB
Sunan Ampel memperbaiki akhlak masyarakat yang suka madat dan main judi dengan istilah Moh Limo (Ilustrasi Prmono Estu)
Sunan Ampel memperbaiki akhlak masyarakat yang suka madat dan main judi dengan istilah Moh Limo (Ilustrasi Prmono Estu)

harianmerapi.com - Dalam berdakwah, sasaran Sunan Ampel adalah untuk memperbaiki kerusakan akhlak masyarakat yang terjadi saat itu.

Dakwah yang dibawakanya sangat terkenal sampai sekarang, yaitu dengan sebutan Mohmo atau Moh limo. Artinya, tidak mau melakukan lima hal yang dilarang oleh agama.

Adapun kelima larangan dalam agama itu adalah Moh Mabok (tidak mau minum-minuman keras), Moh Main (tidak mau main),

Baca Juga: Sunan Ampel 1: Sebelum ke Majapahit Singgah di Palembang dan Tuban untuk Menyebarkan Agama Islam

Moh Wadon (tidak mau bermain perempuan), Moh Madat (tidak mau candu/narkotika), dan Moh Maling (tidak mau mencuri).

Moh Mabok dalam artian luas tidak mau untuk melakukan mabuk-mabukan dengan minum khamr atau minuman keras.

Moh Main artinya tidak mau untuk melakukan permainan judi, sabung, togel dan lain-lain. Moh Wadon artinya tidak mau untuk melakukan zina, homoseks, lesbian.

Moh Madat artinya tidak mau memakai narkoba. Sedang Moh Maling artinya tidak mau mencuri dan sejenisnya.

Menyebarnya ajaran tersebut membuat Prabu Brawijaya sangat senang, karena hasil didikan Sunan Ampel membuat masyarakat beralih ke hal-hal yang positif.

Raja menganggap ajaran agama Islam merupakan budi pekerti yang mulia. Karena itu, saat Raden Rahmat mengumumkan ajarannya adalah Islam, maka sang Raja tidak marah.

Baca Juga: Sunan Ampel 2: Menyusul Kakak yang Jadi Istri Raja Majapahit dan Menetap di Pesisir Ampelgading

Hanya saja, Raja tetap tidak mau masuk Islam dengan alasan ingin menjadi Raja Budha terakhir di Majapahit.

Menjadi hal yang luar biasa, sekalipun raha menganut agama Buddha, namun Raden Rahmat diizinkan untuk menyiarkan agama Islam di wilayah Surabaya, bahkan meluas hingga ke seluruh wilayah kerajaan Majapahit.

Memang Raja memberi catatan bahwa rakyat tidak boleh dipaksa, sehingga kemudian Raden Rahmat memberi penjelasan bahwa tidak ada paksaan sama sekali dalam beragama, termasuk untuk memeluk agama Islam.

Dikisahkan, pada suatu hari Raden Rahmat bersama rombongan berangkat ke sebuah desa di Surabaya yang kemudian disebut dengan Ampeldenta.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X